7 'Penyakit' Mahasiswa IT yang Menyebabkan Sulit Bersaing di Industri

Kresna Galuh 20 Juli 2016

7 'Penyakit' Mahasiswa IT yang Menyebabkan Sulit Bersaing di Industri

Mungkin sudah biasa jika kita mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa "Lulusan IT Indonesia mengecewakan" atau "Lulusan IT di Indonesia tidak siap kerja" atau yang senada lainnya. Tapi terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, kita secara sadar memang harus mengakui bahwa memang ada sebagian dari temen-temen lulusan IT yang kurang dari ekspektasi terutama dari sudut pandang industri.

Sekali lagi ingin saya sampaikan bahwa pada akhirnya apapun bidang keilmuan yang dipilih selama perkuliahan sejatinya tidak mengharuskan kita untuk menjadi apa nantinya. Dan tidak salah jika ternyata profesi kita tidak sesuai dengan bidang keilmuan kita. Hanya saja yang harus kita sadari betul adalah bahwa ketika kita menyandang gelar sarjana dari sebuah bidang ilmu tertentu dan kemudian terjun ke dunia industri maka akan ada penilaian khusus terhadap skill yang kita miliki yang terkait dengan bidang keilmuan kita.

Sebagaimana yang pernah saya bahas pada artikel sebelumnya tentang keharusan mahasiswa IT untuk bisa coding, di situ saya menjelaskan bahwa ketika seorang mahasiswa masuk ke jurusan kebidanan tentu masyarakat memiliki ekspektasi bahwa setelah lulus dia akan bisa membantu persalinan. Karena sangat aneh jika lulusan jurusan kebidanan tapi tidak bisa membantu persalinan. Pun demikian dengan jurusan IT, industri dan masyarakat tentu memiliki penilaian dan harapan tentang apa yang dimiliki oleh sang sarjana. Salah satunya adalah dengan kemampuan codingnya. Bahkan jika kita mengamati trend di luar sana, sebenernya tidak hanya mahasiswa IT yang dituntut untuk belajar coding. Coding sudah hampir menjadi sebuah skill yang esensial sebagaimana public speaking walaupun mungkin belum sampai pada tingkatan harus.

Baca juga: Kumpulan Materi Kuliah Jurusan Teknik Informatika dan Ilmu Komputer

Saat ini kita tahu bahwa salah satu jurusan yang sangat digandrungi adalah jurusan IT, bahkan hampir semua universitas di Indonesia memiliki jurusan IT, terlebih saat ini sedang hype bisnis startup. Berdasarkan data dari Aptikom bahwa saat ini ada sekitar 500.000 mahasiswa D1 hingga S3 yang sedang aktif belajar di lebih dari 850 Perguruan Tinggi di Indonesia di bawah naungan sekitar 1.500 program studi Kampus Informatika dan Komputer di seluruh Indonesia, dengan jumlah lulusan sekitar 40.000 hingga 50.000 alumni per tahunnya. Jika melihat angka, sebenarnya angka tersebut tidak bisa dibilang kecil. Namun pada kenyataannya tetap saja industri selalu kesulitan dalam menyerap tenaga IT. Kemanakah mereka?

Lulusan IT

Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Tentu saja ungkapan-ungkapan kekecewaan di atas tidak serta merta muncul tanpa sebab. Ada hukum sebab akibat di sini. Namun tentu saja jika dijabarkan secara detail ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari faktor internal mahasiswanya maupun faktor eksternal seperti kurikulum, lingkungan perkuliahan, pengajar dan lainnya. Tentu saja akan terlalu panjang jika dibahas pada artikel sederhana ini.

Melalui CodePolitan, pada kesempatan kali ini saya lebih mengerucutkan pembahasan pada faktor internal mahasiswa, yaitu "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali ada pada mahasiswa yang menyebabkan mereka kesulitan dalam memasuki dunia industri.

Berikut ini 7 "penyakit" atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kali menjangkit mahasiswa IT di Indonesia:

1. Nggak Ngerti Jurusan yang Diambilnya

Dengan boomingnya jurusan IT di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, membuat sebagian orang menjadi latah. Sehingga tidak sedikit yang mengambil jurusan IT tanpa tahu terlebih dahulu apa saja yang akan dipelajari di jurusan ini. Bahkan yang lebih parah adalah tidak tahu akan menjadi apa outputnya nanti ketika lulus. Alih-alih memilih jurusan dikarenakan minat dan kemampuan, yang ada malah memilih jurusan dikarenakan hype semata. Alhasil mereka akan kesulitan beradaptasi dengan kompetensi yang ada. Biasanya yang sering kali terjangkit "penyakit" ini adalah yang berasal dari daerah.

Sebenarnya dengan ketatnya seleksi penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan oleh kampus akan mengurangi masalah ini. Hanya saja bagi kampus-kampus swasta (tidak semua) sering kali jarang memperhatikan hal ini. Mungkin karena ada kebutuhan bisnis terhadap jumlah mahasiswa, sehingga terkadang asal menerima saja tanpa melihat terlebih dahulu latar belakang siswanya apakah benar-benar kompeten dalam bidang tersebut atau tidak. Dan ujung-ujungnya akan membuat penuh sesak tanpa dibarengi dengan kompetensi.

Saran saya, sebelum memilih masuk ke jurusan tertentu (tidak hanya IT), pastikan terlebih dahulu kamu paham betul apa esensi dari jurusan tersebut. Sesuaikan pula dengan minat dan kemampuanmu. Namun tidak ada kata terlambat untuk belajar, jika awalnya kamu masuk jurusan IT tanpa ngerti apa-apa tentang jurusannya, bertekadlah mulai sekarang untuk memperbaikinya dengan sisa waktu yang ada.

Baca juga: Mencoba Banyak Bahasa Pemrograman atau Menguasai Beberapa Saja?

2. Kelamaan Galau Nyari Jati Diri

Kesalahan selanjutnya adalah terlalu lama galau mencari jati diri sehingga tanpa disadari umur dan semester sudah mulai tua. Ya memang betul mahasiswa (termasuk juga masa SMA mungkin) adalah masa-masa pencarian jati diri. Itulah sebabnya pada masa-masa ini sering kali mahasiswa melakukan apa saja (banyak hal) tidak lain dan tidak bukan untuk pencarian jati diri. Kalau dalam mahasiswa IT biasanya banyak mahasiswa yang bingung untuk memilih peminatan atau bingung untuk mempelajari apa dulu dan akan menjadi apa nantinya.

right-way-wrong-way

Sebenarnya kebingungan ini wajar-wajar saja, karena itu artinya kita sedang memikirkan masa depan, dan berusaha menimbang-nimbang mana yang terbaik. Yang penting waktu bingungnya jangan terlalu lama. Segera sudahi bingungnya secepat mungkin dan segera mulai memilih untuk ke mana arah perjalanan selanjutnya. Jika bingung tentang bahasa pemrograman mana yang harus dikuasai, kamu bisa konsultasi ke dosen atau senior, atau juga bisa membaca artikel "Bahasa Pemrograman Apa yang Cocok untuk Dipelajari Pertama Kali?". Atau kamu juga bisa melihat teknologi pemrograman apa yang saat ini sedang ramai digunakan untuk kemudian kamu pelajari. Intinya apa saja coba dilakukan untuk mempercepat proses pencarian "jati diri"mu supaya galaunya segera hilang dan kamu siap untuk melangkah ke level selanjutnya.

3. Ngerasa Salah Jurusan

Ini merupakan lanjutan dari masalah yang pertama, yaitu nggak ngerti tentang jurusan yang dipilih. Alhasil nggak siap dan nggak mampu untuk beradaptasi dengan kompetensi yang ada akhirnya ngerasa salah jurusan. Kalau sudah ngerasa salah jurusan akhirnya kuliahnya pun pasti seperti kehilangan motivasi. Buat yang sudah teranjur salah jurusan gimana? Saya punya 3 solusi untuk itu, selengkapnya bisa kamu baca melalui artikel "Salah Jurusan Kuliah, Harus Gimana?".

salah-pilih-jurusan-harus-gimana

4. Nggak Gaul

Ingatlah kawan, yang kuliah dengan jurusan IT itu banyak, tidak hanya kamu. Komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang IT pun sangat banyak. Event-eventnya apalagi, hampir setiap minggu ada event yang bertemakan IT atau developer yang sangat cocok untuk dikonsumsi oleh mahasiswa IT, kamu bisa cek di sini atau di sini. Lantas kenapa kamu hanya dengan kesendirianmu? Bergaulah dengan orang-orang yang sevisi denganmu, bergaulah dengan mereka yang sudah lebih berpengalaman dan bergaulah dengan orang-orang yang senantiasa semangat untuk belajar, maka kamu tidak akan pernah kehabisan motivasi untuk terus melangkah dan belajar.

5. Kurang Update Informasi

Perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam dunia teknologi yang notabene merupakan konten utama dalam jurusan IT. Apa yang kamu pelajari di perkuliahan boleh jadi akan kadaluarsa saat kamu lulus. Apakah itu karena kesalahan kurikulum? Tidak. Itu karena kita berada pada industri yang sangat cepat bergerak. Kamu tahu, ketika saya kuliah dahulu, saya diajarkan bahwa JavaScript adalah sebuah bahasa pemrograman yang berjalan di client side. Namun kini dengan hadirnya Node.js semua teori itu harus diperbaharui, karena kini JavaScript bisa pula berjalan pada server side. Tentu saja yang dibutuhkan dalam dunia industri adalah teknologi teranyar, terbaik dan tercepat. Kalau kamu hanya mengandalkan informasi yang ada dari dosen (perkuliahan) saja tanpa berusaha mencari dan update informasi dari luar yang langsung bersumber dari industri, maka sangat wajar jika nanti kamu akan kesulitan beradaptasi dalam dunia industri.

Ingatlah kawan, internet sudah sangat mudah kita akses, web-web yang menyajikan informasi tentang perkembangan teknologi dan edukasi seputar pemrograman sudah bertaburan, ya salah satunya seperti CodePolitan ini. So, teruslah belajar, update informasi. Karena jika kita mulai berhenti untuk belajar, maka saat itu pulalah kita memulai untuk tertinggal.

Baca juga: Nggak Cuma Jago Ngoding Juga Keles!

6. Tidak Fokus

Aktif di berbagai kegiatan kampus boleh-boleh saja. Malah justru itu baik. Terkadang kita mendapatkan soft skill seperti leadership, entrepreneurship, public speaking dan yang lainnya berasal dari kegiatan non akademik di kampus. Namun ingatlah harus tetap ada porsi untuk belajar di bidang keilmuan kita. Jangan sampai semua kegiatan kemahasiswaan kita ikut namun tidak ada waktu untuk mengembangkan skill akademik kita, apalagi dalam dunia IT kita bener-bener perlu waktu untuk itu. Kita boleh saja nanti punya profesi yang tidak pernah ada kaitannya dengan perkuliahan kita, tapi yakinlah apapun yang kita pelajari di perkuliahan tidak ada yang sia-sia. Mungkin tidak untuk pekerjaan kita, tapi pasti akan berguna untuk hal lainnya nanti. Karena menentukan apa yang tidak harus dilakukan juga sama pentingnya dengan menentukan apa yang harus dilakukan.

AAEAAQAAAAAAAAYaAAAAJDVjZmUxMDQyLTk0ZWUtNDY3Zi1iNDI1LTgzNGQ3NDk0ZWE1Yw

7. Baru Belajar Ketika Mau Skripsi

Penyakit ini adalah yang terparah. Bagaimana tidak, dari sekian tahun menjalani masa perkuliahan namun baru tersadar untuk memulai belajar ketika semuanya akan berakhir. Itu artinya ada yang salah dengan tahun-tahun yang dihabiskan diperkuliahan sebelumnya. Penyakit ini pulalah yang sering kali menyebabkan tertundanya waktu kelulusan. Ingat kawan, waktu terus berjalan. Tidak pernah ada yang instan untuk sebuah kejayaan. Semua butuh proses, termasuk belajar. Perkuliahan bukanlah akhir dari perjalanan. Masih banyak hal-hal menarik lainnya yang menunggu kita di luar sana di dunia yang "sebenarnya". Kita harus terus melangkah ke level selanjutnya.