Bisakah AI Berpikir Seperti Kita? Intip Rahasia Otak di Balik Mesin

Profile
M RIFKI FADILAH

30 Oktober 2024

Bisakah AI Berpikir Seperti Kita? Intip Rahasia Otak di Balik Mesin

Bayangkan jika suatu hari, sebuah mesin tidak hanya meniru perintah yang kita berikan, tetapi juga benar-benar berpikir—mempertimbangkan keputusan, belajar dari kesalahan, bahkan membuat kesimpulan baru tanpa bantuan kita. Ini bukan sekadar plot film fiksi ilmiah, tapi kenyataan yang mulai terlihat di depan mata kita. AI saat ini sudah mencapai tahap di mana ia mampu “belajar dengan berpikir,” mirip dengan proses pemikiran manusia yang begitu kompleks.

Menemukan Ide Lewat Pemikiran: Dari Einstein hingga AI

Dalam sejarah manusia, ide-ide terbesar sering muncul bukan dari percobaan langsung, tetapi dari "eksperimen pemikiran"—seperti saat Einstein membayangkan teori relativitas hanya dengan duduk dan berpikir, atau Galileo yang menemukan hukum gravitasi melalui perenungan mendalam. Kini, pendekatan ini telah meluas ke AI! Berdasarkan studi terbaru yang diterbitkan di Trends in Cognitive Sciences, teknologi ini mulai memahami dan mempelajari cara baru untuk berpikir dengan caranya sendiri, bahkan mengoreksi diri seperti manusia.

Bagaimana AI “Belajar dengan Berpikir”: Dari Microwave hingga Dilema Moral

Tania Lombrozo, peneliti dari Universitas Princeton, menemukan empat cara di mana manusia dan AI sama-sama belajar dengan cara ini, yakni melalui penjelasan, simulasi, analogi, dan penalaran. Misalnya, saat kita menjelaskan cara kerja microwave ke anak kecil, kita mungkin baru menyadari bahwa ada bagian yang belum kita pahami sepenuhnya, yang mendorong kita belajar lagi. Kita juga sering menggunakan simulasi mental, seperti saat membayangkan cara menata ulang furnitur sebelum benar-benar melakukannya. Begitu juga dalam dilema moral, analogi bisa membuat kita memandang situasi berbeda. Awalnya, seseorang mungkin merasa bahwa mengunduh software bajakan itu sepele, tapi bisa berubah pikiran setelah menganggapnya mirip dengan pencurian barang fisik.

AI menunjukkan kemampuan serupa. Saat diminta menjelaskan konsep rumit, AI dapat memperbaiki jawabannya sendiri atau menyesuaikan jawabannya berdasarkan pemahaman barunya. Bahkan di dunia game, AI menggunakan simulasi untuk memahami skenario dunia nyata. Mendorong AI untuk berpikir secara langkah demi langkah juga membantu memecahkan masalah yang biasanya memerlukan lebih dari satu langkah cepat.

(MENGAPA PARA PAKAR AI MULAI KETAKUTAN DENGAN AI?? | Rumah Editor)

Kenapa “Belajar dengan Berpikir” Itu Sangat Berharga?

Lombrozo menjelaskan bahwa proses ini adalah bentuk "pembelajaran sesuai permintaan." Kita mungkin belajar sesuatu tanpa langsung memerlukan informasi tersebut, tapi menyimpannya untuk suatu waktu saat benar-benar dibutuhkan. Dengan prinsip ini, AI pun bisa mengakses pengetahuan yang disimpannya dan menggunakannya untuk keputusan dan pemecahan masalah.

Apa Langkah Berikutnya dalam Menjelajahi Kecerdasan Buatan?

Ada pertanyaan besar yang mulai muncul: apakah AI benar-benar "berpikir" atau hanya meniru hasil dari proses pemikiran? Lombrozo dan para ilmuwan lainnya berencana untuk terus mendalami perbedaan antara penalaran, belajar, dan fungsi berpikir tingkat tinggi pada manusia dan AI.

"AI sudah semakin pintar, tetapi juga terbatas," kata Lombrozo. "Dengan melihat apa saja persamaan dan perbedaan antara kecerdasan manusia dan AI, kita bisa mengembangkan AI yang lebih baik dan sekaligus belajar lebih dalam tentang cara kerja pikiran manusia."

Kemajuan AI yang dapat “belajar dengan berpikir” semakin mendekatkan kita pada masa depan di mana kecerdasan buatan dan manusia semakin mirip. Ini membuka peluang baru dan mengajak kita merenungkan apa yang membuat pemikiran manusia unik. Perjalanan ini menjanjikan banyak kemungkinan menarik di depan.

Sumber : scitechdaily.com

What do you think?

Reactions