Bahasa Pemrograman Terhebat Sepanjang Masa

Satya Kresna 7 Desember 2016

Bahasa Pemrograman Terhebat Sepanjang Masa

Sampai sejauh ini, saya berani taruhan akan ada perdebatan bahasa pemrograman atau framework terbaik, terhebat, bakal bertahan sepanjang masa. Ada yang menjawab Java, PHP, C, C# dan ada juga yang menjawab bahasa baru macam Go, Dart, dan lain-lain.

Saya juga ikut terlibat dalam perdebatan tersebut dan menjadi "korban" dalam perdebatan tersebut saat kuliah. Hasilnya, saya jadi bingung mau fokus belajar apa, padahal saya belum membuat sesuatu yang berarti seperti aplikasi menggunakan bahasa pemrograman dan framework yang banyak ragamnya itu (baca: brutal). Sampai akhirnya pada saat akhir semester 6 saya menemukan sebuah 3 buah artikel bagus. Berikut 3 artikelnya:

  1. Jangan Terus-Terusan Hanya Belajar Bahasa atau Framework - Agung Setiawan
  2. Mitos Framework - Endy Muhardin
  3. Do Not Learn Framework, Learn Architecture - Alex Rboots
Setelah membaca artikel tersebut dan artikel dari CoderTalk tentang bapak Peter Jack Kambey yang menjelaskan bahwa teknologi itu sebuah solusi bukan masalah keren-kerenan, saya jadi mulai percaya diri untuk mengatakan bahwa tidak ada gunanya untuk debat yang mana bahasa atau framework terbaik. Kita boleh tahu tentang bahasa atau framework terbaru tersebut tetapi kalau tidak begitu dipakai dalam real project ya cukup sekadar tahu saja.

Namun, rasanya saya belum puas, kira-kira bahasa apa yang terhebat sepanjang masa? Saya bersyukur, akhirnya setelah lulus kuliah dan training dibidang non IT (Guest Service) di sebuah hotel, saya menemukan jawaban yang memuaskan saya. Yakni, bahasa manusia.

Semenjak saya training dibagian tersebut, saya secara tidak langsung dan mau tidak mau harus menggunakan bahasa Inggris untuk berinteraksi dengan tamu luar. Bahkan, bahasa Inggris saja tidak cukup kalau menjadi seorang Guest Service di sebuah hotel. Pengetahuan seperti hospitality, perhotelan, kecakapan berbahasa asing selain bahasa Inggris harus dimiliki. Dari sana saya jadi terangsang belajar bahasa Spanyol, Jerman, Perancis dan lain-lain. Apalagi di hotel tersebut juga banyak group China, jadi agak susah berbicara dengan mereka. Kadang harus tebak bahasa tubuh atau harus pakai Google Translate.

Baik lanjut lagi ke bahasa manusia. Sehebat apapun kamu ngoding, ujung-ujungnya bakal berinteraksi dengan manusia. Contoh sederhana, sebagai programmer (atau project manajer), kita harus pintar bercakap dengan client. Mulai masalah tawar harga, minta ini itu. Bahkan kita harus menerjemahkan bahasa programmer kita dalam bentuk kehidupan sehari-hari agar dipahami oleh client. Contoh, client tidak tahu apa itu hosting dan domain untuk membangun sebuah web. Kita bilang aja, kalau hosting itu tanah, domain itu blok perumahan kita, dan website itu adalah rumah kita. Saya rasa anda bisa mencontohkan kasus lain.

Saya rasa ini juga menjadi kekurangan yang dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia (sebagian besar). Ini cuma sebatas opini. Semestinya pada saat mata kuliah kewirausahaan, paling tidak ada contoh kasus nyata seperti membuat website atau aplikasi dari sebuah klien dan dosen membentuk tim kecil dengan murid di setiap kelasnya. Ada yang jadi team leader, project manager, programmer, QA dalam setiap tim. Lalu Mereka bersama-sama berhadapan dengan klien, berdiskusi seperti apa requirement yang diperlukan oleh klien dan waktu yang diperlukan untuk selesai. Kemudian melakukan pembuatan aplikasi atau web mulai dari A sampai Z dan diserahkan ke klien. Kalau seandainya seperti ini, saya yakin makin banyak mahasiswa IT yang lulus kuliah semakin percaya diri untuk berkarir di dunia IT khususnya di bidang software.