Belajar Membuat Game dengan Blender: Sejarah Blender

Bagus Aji Santoso 2 Januari 2018

Belajar Membuat Game dengan Blender: Sejarah Blender

Artikel ini merupakan salah satu bagian dari terjemahan buku The Complete "Game Development with Blender" Book. Baca artikel lain dari buku ini dari tag blendergameenginebook

Ada satu hal yang anda tidak tahu tentang Mike (salah satu penulis buku ini). Dia memiliki buku Linux lebih banyak dari yang dia tahu. Sayangnya, Mike jarang membaca lebih dari bab 2. Hal tersebut karena dua bab pertama biasanya hanya ada perkenalan dan sejarah dari software yang dibahas. Ada dua konsekuensi dari gaya penulisan seperti ini. Pertama, Mike menceritakan sejarah Linux jauh lebih baik daripada orang lain. Kedua dia masih belum bisa bagaimana sebenarnya cara menggunakan Linux. Untungnya, konsekuensi pertama jauh lebih menguntungkan saat party dibanding mengetahui perbedaan "tar cvfz" dan "lshw".

Untuk menjaga tradisi, buku ini akan tetap ditulis menggunakan gaya yang sama. Di bab ini kita akan belajar sejarah Blender yang menarik disertai dengan pengenalan akan dasar-dasar cara penggunaan Blender.

Lima Game Engine Pilihan Untuk Membuat Aplikasi Game Android

Sebuah Kisah Klasik

Waktu itu saat pertengahan 1990-an dan popularitas personal computer meroket lebih cepat dibandingkan prediksi. Bersamaan dengan meningkatnya popularitas personal computer, teknologi animated graphics dan 3D games juga ikut meningkat pesat.

Blender Lahir

Blender memulai sejarahnya sebagai software animasi 3D yang dibuat oleh sebuah perusahaan animasi kecil asal Belanda bernama NeoGeo. Mungkin karena belum adanya software animasi 3D yang murah dan mampu menjadi pengganti software yang sudah ada, atau mungkin juga karena ambisi NeoGeo yang ingin memiliki software animasi sendiri yang membuat mereka memutuskan untuk menelurkan Blender dari nol daripada menggunakan yang sudah ada. Programmer utama Blender saat itu adalah Ton Roosendaal, yang bertanggung jawab untuk menulis bagian utama fungsionalitas Blender.

Sampai beberapa tahun berikutnya, Blender hanya dipakai sebagai aplikasi internal sebuah perusahaan animasi yang amat sukses. Karena menjadi software yang sangat bagus, maka di tahun 1998 Blender mulai diperkenalkan ke publik. Sebuah perusahaan baru , Not a Number (NaN), dibuat untuk mengawasi perkembangan dan ditribusi Blender. Distribusinya dilakukan melalui dua versi yang berbeda: sebuah versi gratis dengan fungsi terbatas dan sebuah versi dengan fungsi utuh yang tidak gratis (bernama Blender Publisher). Dengan menjadi satu-satunya software animasi 3D yang lengkap dengan paket untuk membuat game yang tersedia gratis membuat popularitas Blender meningkat dan banyak komunitas online yang membantu artis membagikan pengetahuan dan hasil karyanya.

Left: Blender 1.6. Right: Blender 2.65

Masa Kelam

Sayang, bersamaan dengan terjadinya Internet bubble dan keadaan lain yang kurang menguntungkan, Not a Number (NaN) diumumkan bangkrut pada tahun 2002. Karena Blender merupakan hak kekayaan intelektual milik perusahaan tersebut mengakibatkan masa dengan yang suram bagi aplikasi animasi 3D ini. Melihat kondisi seperti ini, komunitas Blender tidak ingin aplikasi kesayangan mereka jatuh bersama dengan NaN. Oleh karena itu, sebuah kesepakatan dibuat dimana NaN akan merilis source code Blender ke publik dengan bayaran €100,000. Penggalangan dana bernama "Free the Blender" dimulai. Komunitas online merespon dengan baik hati. Beberapa bulan kemudian, uang yang berhasil dikumpulkan diberikan kepada NaN dan memindah tangankan software ini sebagai open source software ke Blender Foundation. Blender Foundation merupakan yayasan yang dibuat khusus untuk mengawasi perkembangan Blender dengan Ton Roosendaal sebagai ketuanya.

Blender Naik Daun

Berlokasi di Amsterdam yang indah, Blender Foundation kini mengawal pengembangan, distribusi, dan pemasaran dari Blender. Namun, karena sifat open source-nya, pengembangan Blender sebagian besar dilakukan oleh kontributor sukarela dari seluruh dunia.

Blender Foundation juga membuat Blender Institute, sebuah studio animasi dan game yang fokus membuat film dan game menggunakan Blender. Blender Institute sudah memproduksi film berjudul Elephants Dream, Big Buck Bunny, Sintel, Tears of Steel, Comos Laundromat dan game Yo, Frankie! Proyek-proyek ini memiliki dua tujuan utama: proses produksi film dan game ini untuk menguji Blender di lingkungan studio yang nyata serta menunjukkan hasil kerjanya sebagai sarana pembukti kemampuan Blender itu sendiri (iklan).

Top: Elephants Dream, Big Buck Bunny, Yo, Frankie!, Bottom:  Sintel, Tears of Steel, Cosmos Laundromat

Dirilislah Blender 2.5 yang banyak mengubah tampilan dan cara pakai Blender. Perubahan ini membutuhkan perencanaan dan pengembangan selama bertahun-tahun. Blender 2.5 menandai tonggak sejarah dari sejarah Blender. Bagi user yang datang dari seri 2.4x, antarmukanya terlihat sangat berbeda: menu item diatur ulang, shoftcut keyboard diganti, bahwa color scheme bawaan sudah berubah dari warna abu-abu yang boring menjadi warna abu yang tidak terlalu boring. Blender 2.5 didesain agar lebih intuitif, lebih cepat, dan juga lebih mudah untuk dipelajari dibanding pendahulunya.

Blender menggunakan bahasa pemrograman Python untuk scripting-nya. Dengan Python kita bisa mengubah perilaku Blender, menambah fungsionalitasnya, serta yang paling penting, mengontrol game engine-nya. Mengetahui bagaimana membuat program bukan syarat untuk menggunakan Blender, tapi mengetahui cara menggunakan Python akan membuat kita menjadi game-maker yang lebih cakap.

Blender Commit statistics form 2003 to 2012

Tentu saja, software ada untuk melayani pengguna - yaitu pembaca. Setiap kali seorang pengguna Blender membuat sebuah karya, karya ini membalas, meskipun sangat sedikit, waktu dan usaha untuk membuat software ini. Kami berharap dengan membaca buku ini, pembaca dapat membuat sesuai yang menarik untuk dibagikan dengan dunia.


Membuat Game Android Mudah dengan Intel XDK dan Construct 2

Tentang Blender

Bisa jadi, pembaca sudah tahu bahwa Blender adalah software animasi 3D open source yang mampu melakukan modeling, animasi, rendering, compositing, dan producing sebuah game di satu package. Meskipun belum tahu apa maksud dari istilah-istilah tadi, jangan gentar!

Mari kita bahas istilah "software animasi 3D open source/open source 3D animation software".

"Open source" artinya source code Blender tersedia bagi siapapun untuk membaca dan mengubahnya. Keuntungan yang paling kelihatan dari software open source adalah sebagai seorang artis, kita bisa menggunakan Blender tanpa biaya baik untuk non-komersil maupun komersil. Sebagai seorang developer, pembaca juga boleh memodifikasi Blender sesuai kebutuhan. Tapi, open source tidak berarti semua orang dapat melakukan perubahan ke kode-kode Blender tanpa persetujuan terlebih dahulu. Blender menggunakan lisensi GNU Public License v2 (GPL2). Singkatnya, hal ini berarti bahwa Blender dapat disalin, dimodifikasi, dan apabila dibagikan ulang, perubahan-perubahan pada source code harus dilisensikan dengan lisensi yang sama.

Peringatan:

Sebelum mempublikasikan sebuah game menggunakan Blender, pembaca harus mengetahui batasan lisensi GPL. Topik ini dibahas di Bab 9, "Publishing and Beyond".

Istilah "3D" berarti tiga dimensi. Dunia yang kita tinggali adalah 3D karena memiliki tinggi, lebar, dan kedalaman. Dibandingkan dengan program 2D berikut, Photoshop, GIMP atau Krita, proses pembuatan konten di Blender dilakukan di ruang 3D bukan kanvas 2D.

2D vs. 3D

Istilah "animasi" mungkin agak berbeda dengan yang pembaca tahu. Meskipun kita biasa menghubungkan istilah "animasi komputer" untuk setiap film yang dibuat dengan komputer, kita harus ingat bahwa Blender tidak terbatas hanya untuk membuat animasi. Blender juga dapat melakukan modeling, rendering, compositing, dan membuat game sebaik ia membuat animasi.

Istilah "software" menunjukkan bawah Blender adalah sebuah aplikasi komputer untuk membuat animasi dan game. Jadi buku ini akan membantu pembaca memahami setiap fitur Blender sehingga pembaca dapat memanfaatkannya untuk membuat apapun yang pembaca inginkan.

Buku ini membahas Blender dari sisi aplikasinya bukan buku tentang desain game. Topik-topik seperti *storyline, art direction, * dan game playability diluar cakupan buku ini. Blender hanyalah sebuah alat yang membantu kita membuat sebuah karya seni.

Tentang Blender Game Engine

Blender merupakan alat dengan banyak kegunaan. Buku ini akan membahas salah satu aspeknya saja: proses pembuatan game. Jika pembaca baru mengenal Blender, mempelajari game engine juga berarti pembaca akan ikut mempelajari dasar-dasar modeling, animasi, dan kemampuan lain seiring jalan. Jika sudah memiliki pengalaman menggunakan Blender, kemampuan yang pembaca miliki akan membuat transisi ke game engine menjadi lebih mudah.

Dibandingkan game engine komersial yang tersedia saat ini, Blender Game Engine (BGE atau GE saja) relatif lebih sederhana. Apakah hal tersebut merupakan hal buruk? Tidak juga. Sistem sederhana seperti Blender sangat mudah untuk dipelajari tapi juga cukup fleksibel untuk melakukan banyak hal.

Untuk memberikan gambaran apa kemampuan game engine ini, Bab 10, "Case Studies", ditulis untuk menunjukkan proyek yang dibuat dengan GE.

Masa Depan BGE

Satu kesulitan menulis tentang software adalah karena sifatnya yang akan terus berkembang. Bahkan hari ini, proyek seperti UPBGE cukup menjanjinkan untuk meningkatkan fitur dan fungsionalitas Blender Game Engine.Kami akan mencoba membuat ebook ini se-up-to-date mungkin. Yang pembaca cukup lakukan ialah menggunakan versi terbaru dari Blender.

Test Builds

Bila belum cukup puas dengan versi terbaru, pembaca bisa menemukan versi yang lebih baru lagi di builder.blender.org. Sebagai tambahan, banyak test builds dari pihak ketiga yang tersedia juga di graphicall.org.

Artikel selanjutnya akan membahas tentang dasar-dasar 3D