CoderTalk: Rahmat Awaludin, Penulis Buku Laravel dan Founder MalesCast

Kresna Galuh 26 Juli 2016

CoderTalk: Rahmat Awaludin, Penulis Buku Laravel dan Founder MalesCast

Menjadi seorang coder dan menjadi seorang penulis adalah dua hal yang berbeda. Ya, walaupun pada hakikatnya keduanya sama-sama menulis. Yang satu menulis kode dan satunya lagi menulis teks. Coding dan menulis adalah dua dunia yang berbeda. Menjadi seorang coder sering kali menuntut otak kiri untuk terus aktif, sedangkan menjadi seorang penulis lebih menuntut otak kanan untuk terus aktif. Lantas apa jadinya jika ada orang yang kerjanya menjadi penulis namun dengan tema pemrograman? Itulah yang saat ini sedang digeluti oleh Rahmat Awaludin, seorang coder yang juga merupakan seorang penulis asal Subang.

Banyak sekali hal menarik yang bisa kita pelajari dari perjalanan Rahmat Awaludin. Bagaimana perjalanannya menjadi developer, bagaimana ia berkontribusi di komunitas, bagaimana ia membagi waktu dan bagaimana ia memaksimalkan skill pemrograman yang ia miliki untuk menghasilkan. Berikut ini merupakan wawancara CodePolitan dalam rubrik terbaru yaitu CoderTalk dengan Rahmat Awaludin.

Bisa jelaskan sedikit tentang Kang Rahmat Awaludin dan latar belakang Kang Rahmat?

Saya seorang developer yang tinggal di Subang, Jawa Barat. Skillset saya di Laravel/PHP. Lebih tepatnya, saya tipe backend developer. Selain sebagai developer, saat ini saya juga aktif menulis buku tentang Laravel dan menjadi admin untuk grup Kami Kerja Remote di Facebook. Grup ini dibuat untuk menjadi tempat ngobrol para pekerja remote di Indonesia. Tentunya, ada juga yang berbagi kerjaan disana.

Sejak kapan kang rahmat mulai meniti karir sebagai developer? Bisa diceritakan sekelumit kisah perjalanan kang rahmat dalam meniti karir sebagai developer hingga kini?

Perkenalan saya dengan dunia developer dimulai ketika kuliah. Waktu itu dosen saya di Unpad, Bapak Erick Paulus, mengajak mengerjakan project untuk sebuah LSM bernama Save The Children. Saya masih ingat, waktu itu saya cuman bagian bug fixing. Sementara, codenya dibuat oleh mahasiswa beliau yang waktu itu sedang S2. Lebih tepatnya, mungkin saya cocok disebut tukang sapu-sapu code waktu itu. Jangan bicara masalah bayaran waktu itu, kan masih mahasiswa.

Setelah project itu selesai, saya ditawari lagi beberapa project oleh dosen. Dari sini saya paham, project awal-awal memang ditujukan untuk mengetes skill saya. Ketika sudah lulus pun, saya sempat bekerja sama dengan beliau mengerjakan Sistem HRIS untuk Express Taxi di Jakarta. Dari sini, saya memperoleh banyak pengalaman tentang bagaimana bekerja efektif di dalam tim. Seingat saya waktu menggunakan Zend Framework.

Lepas dari project untuk Express Taxi, saya menemukan postingan kerjaan di grup Laravel PHP Indonesia di FB oleh mas Harry Saputra. Nah, iseng-iseng ngelamar, eh keterima. Dan, beruntungnya, itulah pengalaman pertama saya kerja remote ke perusahaan asing. Lebih tepatnya perusahaan Malaysia bernama Slashes and Dots SDN BHD.

Setahun bekerja remote ke Slashes and Dots, saya memutuskan untuk resign dan fokus ke menulis. Kerjaan sebagai developer masih saya terima. Tapi, perhatian saya sekarang lebih banyak ke mengedukasi developer Indonesia dengan screencast, artikel maupun buku-buku yang saya tulis.

Apa yang melatarbelakangi Kang Rahmat tertarik menjadi developer?

Sebenarnya saya sudah memiliki cita-cita untuk menjadi programmer sejak SD loh. Ketika SD, saya tinggal di pelosok di daerah Bekasi. Saya ingin sekali bisa komputer. Alhamdulillah, saya punya orang tua yang support penuh dengan keinginan saya. Sayapun di deportasi, eh pindah, ke Cianjur untuk sekolah SMP. Di Cianjur, akses ke komputer lebih mudah. Saya dibelikan komputer dan mengikuti berbagai kursus komputer. Ada cerita menarik dari komputer pertama itu, karena listrik di rumah ngga kuat dan sering mati kalau komputer nyala, saya suka menyalakan komputer tengah malam.

Di masa SMP saya juga mengenal dengan Linux. Waktu itu dari majalah InfoLinux. Distro yang pertama kali saya install bernama Slackware. Wah, ini pengalaman yang sangat berharga. Waktu itu install Linux mesti text mode. Ketika selesai install, serasa gimanaaa gitu. Haha..

Pengalaman Linux di SMP tidak disia-siakan ketika SMK. Meskipun waktu itu agak ngga nyambung (SMK Otomotif), saya sempat diminta guru saya untuk menjadi salah satu instruktur dalam Training Linux di Unisma Bekasi.

Semua pengalaman diatas, mengarahkan saya untuk mengambil jurusan yang ada bau IT nya. Saya masuk D3 Unpad jurusan Manajemen Informatika. Dari sini, saya belajar dasar-dasar ilmu coding. Tentu saja, kalau belajar dari materi kuliah saja pasti ngga akan bisa coding dengan benar. Disinilah, pengalaman mengerjakan project ketika kuliah yang membantu saya hingga sekarang.

Hikmahnya, ketika kuliah (meskipun jurusan IT), jangan berharap bisa coding dengan benar kalau hanya mengerjakan tugas dari kampus. Keluarlah, kerjakan project beneran meskipun bayarannya sedikit.

Kang Rahmat sebagai natural teacher katanya telah memiliki beberapa karya berupa ebook dan screencast video, bisa diceritakan sedikit tentang karya-karya Kang Rahmat yang telah dipublikasi?

Nah ini, selama selama saya menjadi mahasiswa dan developer, tentunya saya sering belajar. Saya tidak mengalami kendala untuk memahami konten berbahasa Inggris. Dan, ternyata memang saya sendiri lebih banyak belajar dari tulisan (baik itu artikel maupun buku) berbahasa Inggris.

cover-sml

Waktu itu saya seorang member baru di grup Laravel PHP Indonesia. Saya hanya hendak berbagi sedikit ilmu tentang Laravel dari project terakhir saya. Eh, ternyata sambutannya baik. Dari awalnya ide untuk menulis buku CRUD Laravel sederhana, saya tambahkan beberapa topik yang sering ditemui oleh developer Laravel pemula. Misalnya, penggunaan Datatable, Ajax, Export PDF/Excel, Import Excel, dll. Dan, jadilah buku Seminggu Belajar Laravel. Alhamdulillah, dengan buku ini banyak yang terbantu untuk belajar Laravel.

Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 800 pembaca buku ini. Untuk info lebih lanjut dari buku ini (daftar isi, FREE sample, dll), dapat mengakses https://leanpub.com/seminggubelajarlaravel.

Sukses dengan buku pertama, saya lihat Laravel terus berkembang. Dan, tidak mungkin semua topik di Laravel saya masukan di buku Seminggu Belajar Laravel. Saya pun menulis buku kedua Menyelami Framework Laravel. Buku kedua ini buku paling komperehensif tentang Laravel yang saya tulis. Terdiri dari 15 bab, 1022 halaman. Membahas berbagai hal seputar Laravel untuk developer yang ingin memperdalam Laravel. Detail buku ini dapat dilihat di https://leanpub.com/bukularavel. Alhamdulillah, buku ini juga telah membantu banyak developer. Hingga saat ini, sudah ada 450+ pembaca buku ini.

cover-mfl

Hingga saat ini, saya masih menulis tentang Laravel. Buku ke-3 saya akan membahas bagaimana membangun API dengan Laravel, jika berminat ikut waiting list dapat memasukkan email di https://leanpub.com/bukularavelapi.

Saya yakin, tidak semua orang nyaman belajar dengan membaca. Karena itu, saya juga membuat beberapa materi pembelajaran berupa video tutorial yang bisa diakses di https://malescast.com. MalesCast ini ditujukan untuk developer yang sudah bekerja. Sehingga kontennya akan lebih dari sekedar hal-hal dasar. MalesCast merupakan rencana long term saya. Saat ini, memang belum banyak video di MalesCast karena fokus saya masih di menulis buku. Kedepannya, insyaAllah saya akan meluangkan waktu lebih banyak untuk membuat video tutorial di Malescast.

Jika Anda tertarik untuk mendapat info seputar rilis buku-buku maupun screencast terbaru saya, dapat memasukan email di https://gumroad.com/malescast.

Bagaimana caranya Kang Rahmat membagi waktu sebagai developer juga sebagai penulis?

Membagi waktu itu bukan hal yang mudah. Selain sebagai developer dan penulis, saya juga seorang ayah untuk anak laki-laki berusia 2 tahun. Tentunya, sebagai seorang ayah kita tidak boleh melewatkan masa-masa emas si kecil dengan terlalu banyak bekerja.

Satu teknik yang saya lakukan adalah ketika sudah di depan laptop tentukan apa yang ingin kita selesaikan. Masalah utama kerjaan tidak selesai biasanya karena kita tidak fokus pada apa yang sedang dikerjakan. Bukan karena waktunya kurang. Dan, kita tidak pernah mendapatkan waktu luang untuk kerjaan yang ingin kita selesaikan. Yang kita lakukan adalah meluangkan waktu. Itu.

Sebagai developer, teknologi pemrograman apa yang saat ini sedang Kang Rahmat sedang dalami? Dan bagaimana menurut Kang Rahmat peluangnya dari teknologi tersebut?

Selain PHP/Laravel, saya juga senang mempelajari Golang dan iOS Development. Terkadang, saya belajar teknologi tidak selalu karena saya melihat ada sisi uang pada teknologi tersebut. Tapi, karena saya memang penasaran. Dari penasaran inilah kita jadi lebih menikmati proses belajar. Money will follow.

[caption id="attachment_11345" align="aligncenter" width="700"]Tampilan Desktop Rahmat Awaludin Tampilan Desktop Rahmat Awaludin[/caption]

[caption id="attachment_11344" align="aligncenter" width="700"]Tampilan Desktop Rahmat Awaludin Saat Coding Tampilan Desktop Rahmat Awaludin Saat Coding[/caption]

Selain sebagai developer dan penulis, apa aktivitas harian Kang Rahmat saat ini?

Saya seorang Ayah untuk Shidqi yang berusia 2 tahun dan seorang suami untuk istri yang sedang hamil 3 bulan.

[caption id="attachment_11308" align="aligncenter" width="700"]Rahmat Awaludin Bersama Keluarga Rahmat Awaludin Bersama Keluarga[/caption]

Apa tips atau saran dari Kang Rahmat untuk para coders indonesia dalam belajar?

Teknologi itu senantiasa berkembang. Menjadi developer, berarti kita siap untuk senantiasa terus belajar, mengupdate ilmu. Saya sendiri menggunakan teknik 80/15/5 dalam mengatur waktu untuk kerja dan belajar.

  • 80% waktu kita untuk mengerjakan coding yang sudah kita kuasai. Ini kita gunakan agar dapur tetap ngebul dan mendidik generasi selanjutnya.
  • 15% waktu kita gunakan untuk mengerjakan side project yang low risk. Jika sukses, 15% ini hasilnya harus lebih besar dari 80% sebelumnya.
  • 5% untuk mempelajari teknologi baru yang kita penasaran. Seorang developer, biasanya selalu tertarik belajar hal baru. 5% ini digunakan untuk mengurangi "haus"-nya akan ilmu yang baru.

Harapannya, kedepannya yang 15% dan 5% akan menggantikan yang 80% kita. Dan saat itu, sudah ada generasi yang siap menggantikan kita di 80% sebelumnya. Tentunya, persentase diatas diambil dari waktu yang kita sediakan untuk bekerja. Bukan semua waktu dalam hidup kita. Haha.. :D