Mengenal Sosok Hakon Wium Lie: Pencipta CSS

Ridwan Fajar 11 Januari 2016

Mengenal Sosok Hakon Wium Lie: Pencipta CSS

Bila pencipta HTML, Tim Berners Lee, mendirikan Worldwide Web Consortium (W3C), lalu Brendan Eich sang pencipta Javascript bekerja sebagai CTO di Mozilla, maka tidak sosok yang satu ini bekerja di Opera sebagai CTO. Yappp, beliau adalah Hakon Wium Lie, CTO Opera yang juga pencipta cascading stylesheet atau biasa disebut CSS.

[caption id="attachment_6919" align="aligncenter" width="220"]Hakon Wium Lie, Pencipta CSS dan CTO Opera Hakon Wium Lie, Pencipta CSS dan CTO Opera (sumber: wikipedia.com)[/caption]

Hakon lahir pada tahun 1965 di Norwergia. Dia juga pernah bekerja bersama Tim Berners-Lee di CERN kemudian mengusulkan CSS pada tahun 1999. Dan pada saat itu juga menjadi CTO Opera hingga kini. Selain itu dia juga membuat Acid2 test bersama Ian Hickson. CSS sendiri merupakan penelitiannya sendiri untuk meraih gelar Ph.D di Universitas Oslo. Disertasi setebal 306 halaman dia pertahankan untuk meraih gelar Ph.D. dan akhirnya hingga kini CSS digunakan oleh web developer dan web designer untuk membuat tampilan web lebih memukau dan gemilang.

CSS sendiri tidak hanya diciptakan oleh Hakon sendiri, setelah pindah dari W3C ke Opera, Hakon bersama Bert Bos menciptakan sebuah bahasa kecil yang bernama cascading stylesheet. Bahasa tersebut menggambarkan bagaimana seharusnya halaman web ditampilkan. CSS hadir untuk membantu pembuat halaman web agar mengurangi inline styling yang akan cukup merepotkan bila ukuran halaman web semakin membesar. Dengan adanya CSS waktu untuk mengelola style tersebut akan lebih ringkas.

[caption id="attachment_6918" align="aligncenter" width="220"]Bert Bos, rekan Hakon yang juga merupakan Koinventor CSS Bert Bos, rekan Hakon yang juga merupakan Koinventor CSS (sumber: wikipedia.com)[/caption]

Beliau bersekolah di Ostfold College, kemudian meneruskan kuliah S1 di West Georgia College jurusan Ilmu Komputer. Setelah lulus kuliah pada tahun 1987, beliau bekerja di berbagai tempat seperti OECD Halden Reactor Project, Telenor Research, MIT Media Lab, CERN, W3C, sampai akhirnya menjadi CTO di Opera. Dia ingin Opera menjadi web browser yang tercepat dan terbaik dibandingkan yang lain. Hakon sendiri pernah berjuang melawan Microsoft karena masalah software patent dan memperjuangkan open standard. Selain itu beliau juga ingin dunia internet tidak didominasi oleh salah satu produk saja. Tidak boleh ada monopoli di dunia internet.

Baca juga: Tips Menulis Source Code Yang Baik

Hakon sendiri memiliki sebuah akun Twitter (@wiumlie) yang jauh dari kesan ramai dan popular. Follower-nya saja hanya 365 akun saja. Beliau pun hanya mengikuti 21 akun. Rutinitas yang dia curahkan di Twitter pun beragam mulai dari berlayar sampai update informasi seputar dunia web development.

Pada November 2015, Hakon bersama timnya menjalankan sebuah ekspedisi yang bernama KonTiki2 Expedition. Ekspedisi tersebut dilakukan untuk melakukan pengujian dua buat software besutan Opera yaitu Opera Mini dan Opera Max. Opera Mini hadir untuk membantu seseorang melakukan browsing di tempat yang terpencil, sedangkan Opera Max diciptakan untuk melakukan browsing dengan memanfaatkan akses internet yang minim namun secara maksimal.

[caption id="attachment_6920" align="aligncenter" width="600"]Hakon dan Tim Opera sedang melakukan Ekspedisi KonTiki2 untuk menguji Opera Mini dan Opera Max Hakon dan Tim Opera sedang melakukan Ekspedisi KonTiki2 untuk menguji Opera Mini dan Opera Max (sumber: twitter.com)[/caption]

(rfs/opera/wikipedia)