Refactory Berhasil Buktikan Mampu Mencetak Lulusan Programmer 'Keren' yang Siap Saing

Toni Haryanto 26 April 2017

Refactory Berhasil Buktikan Mampu Mencetak Lulusan Programmer 'Keren' yang Siap Saing

Betul kata pepatah, waktu berjalan cepat. Sejak pemberitaan pertama tentang pembukaan bootcamp pemrograman di Bandung, kini sudah 3 bulan berlalu. Refactory, nama bootcamp itu, pada tanggal 20 April 2017 kemarin merayakan kelulusan batch pertama mereka.

Image

Acara berlangsung dengan santai di gedung Peta Park Bandung. Ada karpet merah, pemutaran film selama bootcamp batch pertama, dan Skype dengan CEO dari partner mereka di Amerika Serikat. Bambang Purnomosidi, VP of Curriculum yang mendampingi langsung peserta batch pertama sejak H+1 bootcamp, melakukan penyematan pin kelulusan terhadap 13 lulusan batch pertama.

Image

“Saya bangga bisa menyatakan bahwa ke-13 lulusan Refactory telah menguasai kurikulum yang esensial terkait dengan pemrograman aplikasi mobile untuk Android dan iOS,” ujarnya.

Refactory Menargetkan Semua Lulusan Terserap di Industri Teknologi

Taufan Aditya, spokesperson untuk Refactory mengungkapkan bahwa proses penyerapan lulusan mereka berlangsung dengan lancar.

“Hari ini, dari 850 peminat batch pertama, menyisakan 13 lulusan yang sebagian telah menerima offering letter dari perusahaan partner Refactory dan sebagian lainnya masih sedang menjalani proses interview. Saya melihat sebuah harapan,” ujarnya dalam pidato pembukaan.

Image

Harapan yang dimaksud berkaitan dengan latar belakang pendirian Refactory.

“Refactory lahir, sebagai sebuah respon atas dua hal. Di satu sisi, pertumbuhan Industri teknologi digital baik di level global maupun di tingkat nasional dengan kecepatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Di sisi lain, terdapat ledakan tenaga produktif di negeri kita yang belum mampu sepenuhnya terakomodasi oleh institusi pendidikan sehingga potensi maksimumnya masih tertahan. Di dunia dimana hampir semua hal didesain dan dijalankan oleh komputer, kita membutuhkan model pendidikan yang lebih lincah, lebih luwes, dan dapat beradaptasi pada tren teknologi yang sangat dinamis. Serta yang terpenting, dapat diakses oleh siapapun. Tanpa melihat latar belakang suku, agama maupun kondisi ekonomi,” sambungnya.

Maka Refactory mengupayakan dengan maksimal agar seluruh lulusan mereka terserap di industri teknologi. Untuk memastikan agar proses hiring ini berlangsung dengan lancar, Refactory juga telah membentuk semacam agensi.

Gerakan Ini Mendapat Apresiasi dari Pemerintah

Pada hari itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang diwakili oleh Nizam Waham selaku Kasubdit Pemberdayaan Teknologi dan Infrastruktur Informatika, menyatakan apresiasinya terhadap program ini untuk mendorong perkembangan industri digital di Indonesia. Ia mengharapkan semakin banyak program yang mampu bersinergi dengan program Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan industri teknologi di Indonesia.

Image

Memang, di Indonesia, belajar coding atau pemrograman dalam bentuk bootcamp masih cukup langka. Tapi tidak dengan tempat-tempat dimana teknologi tumbuh dengan subur. Di Amerika Serikat dan Kanada misalnya. Statistik Course Report yang diperbarui tahun 2017 menyebut, disana ada sekitar 90 bootcamp serupa yang menawarkan model pendekatan belajar pemrograman dengan model full-time, immersive, dan in-person yang diprediksi menghasilkan sekitar 18,000 lulusan pertahun. Bahkan gerakan masif seperti ini saja oleh Biro Lapangan Kerja Amerika Serikat masih diprediksi belum cukup untuk mengisi satu juta lapangan kerja di bidang IT pada tahun 2020.

Abad 21, perkembangan teknologi akan berpusat di sekeliling IT. Buktinya, sekarang kamu mungkin sedang membaca tulisan ini dengan gadget di tanganmu. Maka seharusnya tidak sulit untuk membayangkan bagaimana di abad 21, programmer akan memegang peranan yang sangat vital, dan belajar coding akan jadi skill yang sangat penting—sama pentingnya seperti belajar membaca atau menulis. Setidaknya fenomena inilah yang telah terjadi di negara tetangga kita, Vietnam.

Temuan dari seorang engineer Google, Neil Fraser, menyebut bahwa anak-anak Vietnam telah mulai belajar menggunakan Microsoft Windows dan mengetik pada kelas 2 dan 3 sekolah dasar. Apa yang menarik adalah, di kelas 4, mereka mulai belajar pemrograman dengan Logo. Mulai dengan urutan command, dan berlanjut ke konsep looping. Di kelas 5, mereka mulai menulis prosedur yang mengandung loops. Menurut Fraser, pelajar kelas 5 sangat terlatih sampai-sampai mereka bisa disandingkan dengan pelajar kelas 11 di US. Maka ia beranggapan kalau pelajar-pelajar ini kelak di kelas 11 mungkin memiliki peluang besar untuk lolos di proses wawancara Google.

Sadarlah kita sudah tertinggal jauh. Apa yang dimulai oleh Refactory hanya sedikit dari gerakan yang diharap bisa membawa perubahan di Indonesia. Tentu dengan partisipasi kalian juga. Maka bagi kamu yang berminat untuk memulai karir sebagai programmer profesional di Refactory, cukup daftar saja di situs mereka di https://refactory.id/. Pendaftaran untuk batch 3 sudah dibuka.