Wawancara dengan Iskandar Soesman, Pria Dibalik Framework yang Membangun Situs Kompasiana

Bagus Aji Santoso 19 Februari 2015

Wawancara dengan Iskandar Soesman, Pria Dibalik Framework yang Membangun Situs Kompasiana

Pernahkah pembaca mengakses situs kompasiana.com? Atau mungkin detik.com? Pernahkah pembaca membayangkan dengan bahasa pemrograman apa programmer situs detik dan kompasiana membuat kedua situs ini? Framework apa yang mereka gunakan sehingga baik kompasiana maupun detik yang setiap harinya memiliki ribuan pengunjung tanpa mengalami gangguan yang berarti yang menyebabkan situsnya tidak dapat diakses oleh pengguna setia?. Apabila pembaca menebak bahasa pemrograman yang mereka gunakan adalah PHP, yes that’s the answer. Tapi bagaimana dengan framework yang mereka gunakan? Native PHP? Laravel? CodeIgniter? Yii? Symfony? Zend? CakePHP? Phalcon? Jika jawaban pembaca adalah salah satu dari framework ini maka jawaban pembaca salah! Framework PHP yang digunakan oleh Kompasiana maupun detik adalah framework buatan lokal Panada Framework.

Kompasiana

Situs Kompasiana

Panada Framework merupakan salah satu framework PHP yang dikembangkan oleh seorang pria bernama Iskandar Soesman dan dibuat pada tahun 2010. Panada dibuat dengan mendukung bahasa pemrograman PHP versi 5.3 keatas. Panada dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang pernah belajar PHP tidak akan terlalu sulit untuk beradaptasi dengan Panada karena syntax-nya tidak jauh berbeda dengan syntax PHP murni.

Panada dibangun dengan kesederhanaan namun tidak lantas mengabaikan performa. Statistik Panada menunjukan bahwa framework ini mampu menerima 1012,87 perminttan per detik (request per second), jumlah ini jauh lebih besar dari CodeIgniter, Yii2, bahkan Laravel. Panada diklaim sebagai framework yang ringan, cepat, natural, aman, open source, dan united coder. Saat tulisan ini dibuat, versi terbaru Panada Framework adalah versi 1.1.0 Beta dan 1.0.0 Stable. Karena Panada merupakan framework yang open source maka kode sumbernya dapat pembaca lihat melalui situs github.com. Panada juga menyertakan dokumentasi yang lengkap dalam Bahasa Indonesia di halaman dokumentasi. Informasi terbaru dari Panada Framework dapat di follow melalui @pandaframework.

Beberapa waktu yang lalu Codepolitan berkesempatan untuk wawancara dengan Pak Iskandar Soesman. Berikut ini wawancara lengkapnya. Semoga bermanfaat.

Mengapa Pak Iskandar lebih memilih menjadi seorang programmer, padahal latar belakang Pak Iskandar adalah Sarjana Sosiologi?

Saya lulusan Ilmu Kesejahteraan Sosial lebih tepatnya. Sebenarnya saya jadi programmer karena ketidaksengajaan. Dulu waktu kuliah, ada mata kuliah yang mengharuskan kita untuk magang di suatu lembaga. Nah saya kebetulan sama magang di LSM yang bernama Koalisi untuk Indonesia Sehat. Di LSM itu tugas utama saya adalah bantu-bantu yang bersifat administratif.

LSM ini organisasinya tidak terlalu besar, hanya beberapa orang saja. Mereka juga tidak mempunyai tim IT khusus. Untuk masalah IT mereka punya konsultan khusus yang biasanya datang satu minggu sekali. Nah, karena saya sendiri sebenarnya sudah suka oprek-oprek komputer, maka kalau ada permasalahan IT di lembaga itu dan sedang tidak ada konsultannya, maka biasanya saya yang coba untuk inisiatif bantu-bantu.

Selain permasalahan yang bersifat hardware dan jaringan, saya juga berinisiatif bantu-bantu ke aplikasi yang berbasis jaringan. Misalnya, saya coba buatkan aplikasi untuk inventaris buku-buku yang ada di situ sehingga lebih terorganisir. Maaf bukan buatkan, saya cari di internet kemudian saya modifikasi lebih tepatnya. Selain itu saya juga kemudian ikut bantu-bantu di website LSM itu. Nah website itu adalah aplikasi web online pertama saya yang saya otak-atik. Awalnya website itu masih dikelola oleh sebuah vendor, namun karena saya dipercaya bisa mengelola, maka kontrak dengan vendornya tidak diperpanjang lagi. Dari website LSM itu lah saya banyak belajar tentang pemrograman PHP.

Apa yang membuat Pak Iskandar tertarik dengan Coding dan memutuskan untuk mempelajarinya?

Sebenarnya ketertarikan sudah ada dari jaman masih kuliah. Pada waktu itu di lab juruan saya banyak sekali literatur yang saya butuhkan untuk menyusun tugas. Jangan bayangkan lab ini seperti lab yang ada di jurusan IT atau teknik ya. Lab ini lebih mirip seperti perpustakaan. Namun sayangnya literatur di lab itu tidak terorganisir dengan baik. Jadi kita yang ingin mencari suatu referensi terkadang mengalami kesulitan ketika mencari tema tertentu. Pada saati itu saya membayangkan seandainya ada pencarian seperti Google yang bisa digunakan untuk mencari leteratur ini semua. Ini pasti akan mempermudah saya dan orang-orang yang mempunyai kebutuhan yang sama.

Dari sini saya mulai tanya-tanya dan coba-coba. Dari mulai Microsoft Excel dan Microsoft Access saya cobain satu persatu. Tapi dua tools itu belum memenuhi apa yang saya inginkan. Kemudian saya juga coba tanya-tanya ke teman yang memang secara khusus belajar di jurusan IT. Dari teman ini lah kemudian saya mengenal istilah database. Kebetulan teman ini itu kulian di Bandung dan saya ada kesempatan untuk main-main kesana. Teman saya itu sendiri merasa dia masih kurang pantas untuk mengajarkan, maka dari itu saya dikenalkan lagi ke temannya yang memang lebih berpengalaman. Nah dari situ lah saya mulai diperlihatkan seperti apa itu database dan bagaimana cara menggunakan data yang diberikan oleh database itu. Karena memang saya baru kenal, maka saya tidak bisa berlama-lama untuk belajar lebih lanjut.

Sesampai di Jakarta, akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku pemrograman. Karena pada saat itu buka yang saya dapatkan adalah belajar pemrograman PHP. Maka dari situ lah saya mulai belajar PHP. Seandainya pada saat itu saya belajar bahasa lain, mungkin saya akan lebih fokus di bahasa itu.

Selain dari buku, saya juga banyak-banyak cari tahu di internet. Banyak ikutan forum-forum juga. Tapi, saya agak sungkan jika ada yang ingin ditanyakan karena saking pemulanya, saya takut pertanyaanya terlalu cemen untuk ditanyakan di forum. Maka saya hanya fokus mencari dari Google saja.

Pernah suatu hari saya sangat putus asa dengan masalah apache rewrite rules yang biasa ada di file .htacces. Dan setelah beberapa kali googling, masih belum dapat juga solusi pemecahan masalahnya. Maka saya coba untuk beberapa orang yang saya anggap bisa membantu saya. Salah satunya orang yang saya anggap sangat berjasa dan membantu saya dalam mengatasi masalah apache rewrite rules ini adala Loka D. Dia juga adalah orang yang mengembangkan website http://www.ilmuwebsite.com/ sampai saat ini.

Apakah ada kesulitan yang dialami saat belajar pemrograman dengan latar belakang non IT?

Banyak. Terutama dengan istilah-istilah asing yang belum pernah saya dengan sebelumnya. Saya tidak pernah tahu apa itu algoritma, apa itu database, apa itu runtime dst. Tapi saya bersukur saya punya rasa penasaran yang tinggi, sehigga ketidaktahuan tadi justru memacu saya untuk mencari tahu. Semakin kita tahu, akan muncul lagi istilah-istilah baru yang harus kita cari tahu lagi. Pada akhirnya, ini adalah proses iterasi yang tidak pernah akan berhenti. Selama kita masih punya keinginan untuk belajar, maka kita harus terus semangat untuk mencari tahu hal-hal baru tadi.

Apa yang melatarbelakangi Pak Iskandar mengembangkan framework Panada di saat sudah ada banyak framework yang canggih?

Alasan utama adalah tidak puas. Saya sangat peduli dengan kesederhanaan. Mungkin karena saya bukan berlatarbelakang IT sehingga tidak punya bekal yang cukup untuk bisa berfikir kompleks sesuai dengan konsep-konsep tertentu. Tapi dari kesederhanaan ini saya meyakini aplikasi bisa berjalan lebih cepat.

Panada saya kembangkan ketika saya masih bekerja di Kompas.com. Pada saat itu saya mendapat tugas untuk mem-porting Kompasiana dari yang sebelumnya menggunakan Wordpress ke aplikasi yang dibuat sendiri. Pada saat itu saya coba dan pelajari framework-framework yang sudah ada. Dari yang paling populer sampai yang kurang terkenal. Dari semua yang sudah coba, saya tidak menemukan apa yang saya cari, yaitu kesederhanaan. Karena dengan dibuat secara sederhana, saya yakin orang yang menggunakan akan mudah mempelajarinya. Dengan mudah dipelajari, saya berharap teman-teman yang lain yang menggunakan Panada tidak hanya terbantu dengan membuat apliaksi lebih cepat, tetapi bisa membantu dalam memahami bagaimana suatu apliaksi bisa berjalan. Pada akhirnya, skill dari orang tersebut bisa bertambah.

(bas/codepolitan/panadaframework)