Apa Itu Pseudocode Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya

Profile
Prasatya

26 Juli 2025

Apa Itu Pseudocode Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya

Pseudocode adalah cara menulis algoritma atau rangkaian instruksi program dalam bentuk bahasa deskriptif yang sederhana, agar mudah dipahami manusia. Pseudocode tidak terikat aturan sintaksis baku suatu bahasa pemrograman, sehingga sering disebut sebagai kode semu. Sebagai gambaran, pseudocode ibarat “kerangka” atau blueprint program yang dituangkan dalam bahasa sehari-hari, sehingga programmer dapat merancang logika program tanpa terhambat detail sintaks. Proses pengembangan perangkat lunak sering dimulai dengan pseudocode untuk memetakan alur logika dan struktur data yang akan digunakan, sebelum akhirnya ditulis dalam kode sesungguhnya.

Dalam konteks ini, struktur data adalah konsep penting yang tak terpisahkan dari pembuatan algoritma. Struktur data menyangkut cara pengorganisasian dan penyimpanan data dalam program, misalnya array, list, stack, queue, tree, dan lain-lain. Pseudocode memungkinkan pengembang merancang proses pengolahan data secara sistematis, misalnya mendefinisikan langkah-langkah manipulasi struktur data sebelum implementasi dalam kode nyata. Dengan pseudocode, ide-ide terkait struktur data dapat dituangkan dalam bentuk langkah deskriptif yang jelas. Misalnya, struktur data adalah susunan data yang diatur sedemikian rupa untuk efisiensi; pseudocode dapat membantu menjelaskan cara kerja operasi seperti penambahan, penghapusan, atau pencarian data dalam struktur tersebut.

Pada artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu pseudocode, mulai dari pengertian, ciri-ciri, fungsi utama, notasi-notasi umum, hingga tips membuat pseudocode yang baik. Ulasan ini juga akan mengaitkan peran struktur data dalam perancangan algoritma pseudocode. Pahami setiap bagian berikut secara tuntas untuk membentuk gambaran komprehensif tentang pseudocode dalam pemrograman.

Apa itu Pseudocode?

Image

Pseudocode (kode semu) adalah cara untuk menggambarkan algoritma komputer secara informal dengan bahasa yang mudah dimengerti manusia. Berbeda dengan kode program sebenarnya yang terikat aturan sintaks, pseudocode ditulis bebas tanpa pedoman ketat agar siapa saja — baik programmer maupun non-programmer — bisa memahami logika yang direncanakan. RevoU menyatakan bahwa pseudocode menggunakan bahasa umum sehari-hari sehingga lebih mudah dipahami orang tanpa latar belakang pemrograman. Dengan kata lain, pseudocode ditujukan agar mudah dibaca oleh pembacanya, baik itu tim pengembang, analis sistem, maupun pemula.

Penggunaan pseudocode mirip dengan membuat sketsa sebelum membangun rumah: ia menjadi kerangka awal untuk merancang program. Menurut Wikipedia, pseudocode adalah deskripsi tingkat tinggi yang bersifat informal dan ringkas atas algoritma pemrograman, dengan tujuan agar mudah dibaca oleh manusia. Poin pentingnya, pseudocode tidak dapat dijalankan oleh komputer karena tidak sesuai dengan sintaks bahasa pemrograman manapun. Ia lebih menyerupai penjelasan logika atau langkah-langkah program. Misalnya, pseudocode bisa mendeskripsikan proses penghitungan luas tanpa menggunakan tanda kurung atau titik koma spesifik. Tujuannya agar lebih fokus pada ide dasar algoritma.

Pentingnya pseudocode adalah memberikan gambaran keseluruhan proses pemrograman sebelum menyelam ke detail coding. Programmer dapat menuliskan urutan operasi penting dalam bentuk kalimat atau kata kunci sederhana (seperti “IF”, “LOOP”, “INPUT”). Dengan begitu, tim pengembang dapat memeriksa logika, mengoreksi langkah-langkah, dan mendiskusikan desain algoritma tanpa terkendala oleh terminologi bahasa pemrograman tertentu. Ini sangat membantu terutama pada fase awal perancangan program.

Contoh sederhana: Untuk menghitung nilai rata-rata lima angka, pseudocode mungkin dituliskan:

MULAI INPUT angka1, angka2, angka3, angka4, angka5 HITUNG jumlah = angka1 + angka2 + angka3 + angka4 + angka5 HITUNG rata_rata = jumlah / 5 OUTPUT rata_rata SELESAI

Pseudocode di atas menunjukkan langkah penghitungan secara deskriptif, tanpa detail sintaks bahasa pemrograman.

Baca Juga: Jenis-jenis Algoritma adalah Cek Disini!! Pengertian, Contoh dan Fungsi

Ciri-Ciri Pseudocode

Pseudocode memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dari kode program biasa. Menurut sumber-sumber pemrograman, ciri-ciri utama pseudocode meliputi:

  • Bahasa Sederhana dan Tidak Baku: Pseudocode biasanya ditulis menggunakan bahasa Inggris atau bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Tidak ada aturan sintaks baku, sehingga tidak perlu memperhatikan detail seperti tanda titik koma atau kurung. Ini memudahkan berbagai pihak memahami pseudocode tanpa kebingungan dengan struktur bahasa pemrograman.
  • Format Linear (Tidak Berbentuk Diagram): Pseudocode disusun dalam urutan baris demi baris (sekuensial) yang menggambarkan langkah-langkah penyelesaian masalah. Berbeda dengan flowchart yang berbentuk diagram, pseudocode lebih menyerupai sketsa prosedur tertulis. Hal ini membuatnya ringkas dan mudah dibagikan dalam dokumen teks atau email.
  • Tidak Dapat Dieksekusi: Karena menggunakan notasi umum dan tidak terikat sintaks, pseudocode tidak bisa langsung dijalankan oleh komputer. Pseudocode hanyalah representasi ide; setelah pseudocode selesai, programmer harus menulis ulang ke dalam bahasa pemrograman target agar bisa dijalankan.
  • Fokus pada Algoritma: Pseudocode didesain untuk menekankan logika dan alur algoritma. Setiap baris pseudocode biasanya menggambarkan satu langkah logis saja. Contohnya, dalam satu baris pseudocode kita bisa menuliskan “IF nilai >= 60 THEN cetak ‘Lulus’” untuk keputusan sederhana. Pola ini membuat algoritma mudah diikuti, walaupun pembaca tidak tahu bahasa pemrograman tertentu.
  • Menggunakan Notasi Mirip Pemrograman: Meskipun bebas, pseudocode sering memakai kata kunci dari bahasa pemrograman atau notasi matematika sederhana. Misalnya INPUT dan OUTPUT untuk menunjukkan ambil atau tampilkan data, FOR/WHILE untuk loop (perulangan), IF-THEN-ELSE untuk kondisi, atau simbol komentar seperti #. Hal ini memberikan struktur pada pseudocode sehingga mudah diimplementasikan nanti.
  • Universal dan Lintas Platform: Pseudocode bersifat universal (non-specific) dan tidak terikat pada bahasa pemrograman tertentu. Sebuah pseudocode yang baik bisa dipahami oleh pengembang yang akan menggunakan bahasa berbeda. Misalnya, pseudocode yang menjelaskan logika pengurutan data dapat dengan mudah diterjemahkan ke Python, Java, atau C++ tanpa mengubah intisari langkahnya.
  • Rapi dan Sederhana: Dalam pseudocode, penekanan ada pada keterbacaan. Penulis biasanya menghindari istilah teknis berlebihan dan menjaga setiap baris hanya berisi satu perintah atau ide. Misalnya, alih-alih menuliskan banyak operasi dalam satu baris, lebih baik dibuat beberapa baris yang setiapnya menjelaskan aksi tunggal. Ini meminimalkan kebingungan dan kesalahan interpretasi.

Secara keseluruhan, kombinasi karakteristik di atas membuat pseudocode efektif sebagai alat komunikasi antar-pemrogram. Seorang analis sistem atau klien non-teknis pun bisa membaca pseudocode untuk memahami ide program tanpa harus mengerti detail teknis.

Fungsi dan Manfaat Pseudocode

Pseudocode memiliki banyak manfaat dalam pengembangan perangkat lunak. Fungsi utamanya adalah menjadi alas pengembangan (blueprint) sebelum kode sebenarnya dibuat. Beberapa fungsi penting pseudocode adalah:

  • Dokumentasi Awal Perancangan: Pseudocode berfungsi sebagai dokumentasi kasar awal yang merangkum langkah-langkah algoritma. Sebelum masuk ke implementasi detail, programmer dapat menulis pseudocode untuk menjelaskan alur utama. Ini membantu memastikan semua fitur dan logika telah dipertimbangkan. Sebagai dokumentasi, pseudocode memudahkan tim melacak perubahan konsep program sejak awal.
  • Mempermudah Pembacaan Algoritma: Dengan pseudocode, algoritma menjadi lebih mudah dipahami siapa saja. Dibandingkan kode sumber penuh dengan sintaks kompleks, pseudocode menggunakan istilah sehari-hari dan struktur sederhana. Hal ini memudahkan kolaborasi, terutama jika beberapa anggota tim tidak fasih pada bahasa pemrograman tertentu. Misalnya, tim front-end dan back-end dapat saling mengapresiasi logika program dari pseudocode yang sama tanpa harus menguasai satu bahasa yang sama.
  • Perancangan Flowchart atau Desain Sistem: Pseudocode sering kali menjadi jembatan antara flowchart dan kode riil. Setelah flowchart dibuat, pseudocode dapat merinci setiap langkah flowchart dalam bentuk teks. Begitu pula sebaliknya, sebelum membuat flowchart, pseudocode dapat membantu memutuskan keputusan penting dalam algoritma. Pseudocode memberikan konteks sehingga flowchart lebih berfokus pada logika urutan proses, sedangkan pseudocode menambahkan detail implementasi seperti loop dan kondisi.
  • Fasilitasi Komunikasi Antar Tim: Salah satu kegunaan utama pseudocode adalah memfasilitasi komunikasi antar pengembang. Karena tidak terikat bahasa pemrograman, pseudocode bisa dipahami oleh seluruh anggota tim sekaligus (programmer, analis, tester, dll). Tim proyek yang terdiri dari berbagai latar belakang teknologi dapat menggunakan pseudocode untuk berdiskusi tanpa perlu khawatir adanya perbedaan sintaks. Pseudocode menjembatani kesenjangan kemampuan teknis, sehingga diskusi algoritma lebih fokus pada logika bisnis.
  • Mendeteksi Kesalahan Desain Lebih Awal: Dengan menuliskan pseudocode terlebih dahulu, tim pengembang dapat menemukan desain logika yang kurang tepat sebelum penulisan kode sebenarnya. Misalnya, jika terdapat alur yang tumpang tindih atau variabel yang tidak terdefinisi, hal tersebut lebih cepat terlihat di pseudocode. Hal ini membantu mengurangi waktu debugging di tahap implementasi, karena banyak kesalahan logika telah diidentifikasi sebelumnya.
  • Universal, Tidak Terikat Teknologi: Pseudocode bersifat universal dan bebas teknologi. Hal ini memungkinkan algortima yang sama dapat diadaptasi ke berbagai bahasa pemrograman sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, sebuah pseudocode untuk mencari nilai maksimum pada sekumpulan data dapat diimplementasikan dalam Python menggunakan tipe list ataupun dalam bahasa C menggunakan array, tanpa mengubah pseudocode dasarnya. Begitu pula, struktur data adalah juga bersifat umum; tim yang berbeda bisa mengimplementasikan struktur data pilihan mereka sendiri namun mengikuti logika dalam pseudocode.
  • Mempermudah Pembelajaran: Bagi pemula, pseudocode sangat membantu dalam memahami cara kerja algoritma. Tanpa perlu mempelajari sintaks kompleks, mereka dapat fokus memahami alur logika. Misalnya, dalam belajar pemrograman, memecahkan masalah dengan menuliskan pseudocode akan melatih pemikiran algoritmik sebelum belajar implementasi kode.

Dengan mengingat fungsi-fungsi tersebut, dapat dikatakan pseudocode mempersiapkan fondasi kuat untuk penulisan kode yang lebih cepat dan akurat. Banyak ahli setuju bahwa perencanaan dengan pseudocode meningkatkan kualitas pengembangan perangkat lunak secara keseluruhan.

Notasi Umum dalam Pseudocode

Walaupun tidak memiliki standar baku, pseudocode tetap menerapkan beberapa kata kunci dan simbol yang umum dipahami. Berikut ini notasi-notasi pseudocode yang sering digunakan:

  • INPUT: Digunakan untuk menunjukkan proses penerimaan data atau nilai dari pengguna atau sumber lain. Contohnya, menuliskan INPUT nama, usia berarti program mengambil nilai untuk variabel nama dan usia dari input user.
  • OUTPUT: Menandakan proses menampilkan atau menghasilkan keluaran (output) dari algoritma. Contohnya, OUTPUT hasil artinya program menampilkan nilai hasil ke layar atau media keluar lainnya.
  • FOR: Menyatakan pengulangan (loop) dengan jumlah iterasi tertentu. Biasanya ditulis seperti FOR i = 1 to N untuk melakukan aksi tertentu sebanyak N kali. Misalnya, FOR i = 1 to 10 DO ... END FOR menghitung 10 kali.
  • WHILE: Menyatakan loop bersyarat (asalkan suatu kondisi terpenuhi). Notasi ini berguna jika jumlah iterasi tidak pasti sejak awal. Misalnya, WHILE nilai < 100 DO ... END WHILE mengulang selama nilai kurang dari 100.
  • REPEAT–UNTIL: Mirip dengan WHILE, tetapi struktur perulangannya diulang terlebih dahulu baru dicek kondisinya. Biasanya berbentuk REPEAT ... UNTIL kondisi. Berbeda dengan WHILE yang memeriksa kondisi sebelum memasuki loop, REPEAT–UNTIL selalu menjalankan setidaknya satu kali.
  • IF–THEN–ELSE: Menunjukkan pengambilan keputusan berdasarkan kondisi logika. Bentuk dasarnya: IF (kondisi) THEN (aksi jika benar) ELSE (aksi alternatif). Misalnya, IF nilai >= 60 THEN cetak "Lulus" ELSE cetak "Remedial". Blok ini memungkinkan algoritma bercabang sesuai syarat tertentu.
  • Komentar: Mirip pada kode pemrograman, pseudocode juga bisa menyertakan komentar untuk menjelaskan langkah-langkah. Biasanya menggunakan tanda # atau // di awal baris. Komentar ini tidak dieksekusi, melainkan hanya penjelasan. Contoh: # Ini adalah komentar.
  • Inisialisasi Variabel: Digunakan untuk menetapkan nilai awal variabel dalam pseudocode. Misalnya, x = 0 menyatakan variabel x mulai dengan nilai nol. Penulisan ini membantu menyatakan keadaan awal data sebelum proses dimulai.
  • Pemanggilan Fungsi/Prosedur: Jika ada fungsi atau prosedur khusus, pseudocode dapat memanggilnya seperti NAMA_FUNGSI(parameter). Contohnya, total = HITUNG_TOTAL(x, y) berarti memanggil fungsi HITUNG_TOTAL dengan argumen x dan y, lalu menyimpan hasilnya di variabel total.

Dengan notasi-notasi ini, pseudocode menjadi lebih terstruktur dan mudah diikuti. Meski begitu, penulis pseudocode bebas memilih kata kunci yang sesuai, asalkan jelas maksudnya. Sebagai catatan, penggunaan huruf kapital (seperti IF, FOR, END, dll.) umum dilakukan untuk membedakan perintah pseudocode dari variabel atau teks biasa.

Struktur Umum Pseudocode

Secara umum, sebuah template pseudocode terdiri dari beberapa bagian utama berikut:

  • Judul Program: Di bagian paling atas bisa dituliskan judul atau nama algoritma/pseudocode. Misalnya Program HitungLuasLingkaran. Judul ini berguna untuk mengidentifikasi apa yang akan dihitung.
  • Deklarasi Variabel: Di sini dituliskan keterangan variabel atau konstanta yang digunakan dalam pseudocode. Contoh: Deklarasi: x, luas. Tujuannya agar pembaca tahu variabel apa saja yang akan dipakai.
  • Inisialisasi (Opsional): Bagian awal untuk memberikan nilai awal pada variabel jika diperlukan. Misalnya x = 0 atau PI = 3.14.
  • Prosedur/Algoritma Utama: Ini adalah inti dari pseudocode yang berisi langkah demi langkah proses yang akan dilakukan. Biasanya ditulis dalam urutan yang logis, menggunakan perintah-perintah seperti IF, FOR, INPUT/OUTPUT, dan sebagainya. Misalnya, urutan pseudocode bisa mencakup INPUT data, PERHITUNGAN (melalui rumus atau loop), dan OUTPUT hasil akhir.
  • Output: Setelah proses dijalankan, bagian ini menjelaskan bagaimana hasil akhir disajikan. Contohnya Cetak hasil atau Tampilkan luas lingkaran.
  • Penanganan Kesalahan (Opsional): Jika perlu, pseudocode juga bisa mencantumkan langkah untuk menangani kasus khusus atau error. Misalnya, IF input < 0 THEN output "Nilai tidak valid". Bagian ini tidak selalu ada, tergantung kompleksitas program.

Struktur di atas tidak baku dan bisa disesuaikan kebutuhan. Intinya, susunan pseudocode harus mengikuti alur eksekusi program dengan jelas. Sebagaimana dijelaskan oleh beberapa panduan, meski tidak ada standar tunggal, sebuah pseudocode yang baik harus mudah diikuti dan terstruktur.

Baca Juga: Harus Tau! 3 Algoritma Coding, Diantaranya Algoritma Deskriptif

Panduan Menulis Pseudocode (Tips Praktis)

Untuk menulis pseudocode yang efektif, berikut beberapa langkah dan kiat yang umum disarankan:

  1. Pahami Tujuan Program Terlebih Dahulu: Sebelum mulai menulis, pastikan Anda memahami tujuan akhir dari program atau algoritma yang akan dibuat. Tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang ingin dicapai? Langkah utama apa saja yang dibutuhkan?”. Dengan demikian, Anda dapat mengidentifikasi variabel penting dan urutan proses dasar secara terstruktur.

  2. Gunakan Bahasa Sederhana dan Deskriptif: Tulislah pseudocode dengan kalimat atau kata kunci yang jelas dan mudah dimengerti. Hindari istilah teknis yang tidak perlu. Misalnya, ketimbang menulis x = x + 1, Anda bisa menuliskan tambah x satu. Tujuannya agar siapapun yang membacanya paham maksudnya tanpa keterangan tambahan.

  3. Kapitalisasi Perintah Penting: Biasakan menulis kata kunci utama dengan huruf besar atau menonjol. Sebagai contoh, gunakan IF, FOR, INPUT, OUTPUT, END agar terlihat berbeda dari variabel. Ini membantu mata pembaca menangkap struktur pseudocode dengan cepat.

  4. Gunakan Indentasi untuk Hierarki: Meskipun pseudocode tidak memiliki aturan indentasi baku, memberikan jarak indentasi (spasi/tab) pada blok kode meningkatkan keterbacaan. Misalnya, blok di dalam IF-THEN-ELSE bisa diberi indent agar jelas batasannya. Atau perulangan (loop) juga diberi indent untuk menandai bagian dalam loop. Ini membuat pseudocode terlihat rapi seperti kode program pada umumnya.

  5. Jaga Kesederhanaan: Jangan membuat pseudocode terlalu rumit. Fokus pada poin-poin penting saja. Misalnya, hindari memasukkan rincian teknis yang tidak relevan. Jika suatu langkah kompleks, cukup jelaskan secara ringkas saja (misal “hitung rata-rata” daripada menuliskan setiap penjumlahan). Prinsipnya, pseudocode harus mudah dipahami, tidak menimbulkan kebingungan.

  6. Satu Instruksi per Baris: Setiap baris pseudocode idealnya mewakili satu aksi atau kondisi. Ini membantu pembaca fokus pada satu permasalahan pada satu waktu. Misalnya, jika perlu menulis dua aksi sekaligus, sebaiknya dibuat dua baris terpisah. Contoh yang baik:

    IF nilai >= 60 THEN
        cetak "Lulus"
    ELSE
        cetak "Remedial"
    END IF
    

    Daripada menuliskan semuanya dalam satu baris.

  7. Berikan Spasi atau Garis Kosong di Antara Bagian Penting: Untuk membedakan blok-blok utama (seperti deklarasi, proses utama, output), sisipkan spasi kosong antar bagian. Ini memudahkan pembaca memetakan struktur pseudocode, contohnya memberi jarak antara loop dan blok selanjutnya.

  8. Periksa Kembali Pseudocode Anda: Setelah selesai menulis, teliti ulang pseudocode untuk memastikan logika tersusun dengan benar. Pastikan pseudocode tersebut mudah dibaca, tidak ambigu, dan langkah-langkahnya berurutan logis. Cek juga apakah pseudocode telah mempertimbangkan semua kasus. Anda bisa berpura-pura menerjemahkannya ke dalam bahasa pemrograman (atau membicarakannya ke rekan), untuk memastikan tidak ada langkah yang terlewat atau error konseptual.

Dengan mengikuti panduan di atas, pseudocode yang dibuat akan lebih kuat sebagai blueprint program. Jangan lupa, pseudocode bukan tujuan akhir, melainkan persiapan menuju kode sebenarnya. Jadi fokuslah menuliskan logika yang benar dan mudah dipahami terlebih dahulu.

Pseudocode dan Struktur Data

Dalam perancangan algoritma, pseudocode sering berhubungan erat dengan struktur data. Struktur data adalah cara mengatur dan menyimpan data agar pemrosesan bisa berjalan efektif. Saat menulis pseudocode, kita bisa sekaligus mendefinisikan bagaimana data disimpan dan diolah. Misalnya, jika pseudocode melibatkan pengolahan sekumpulan nilai, kita mungkin menggunakan variabel bertipe array. Contohnya, dalam pseudocode perhitungan rata-rata, kita bisa menyatakan ARRAY nilai[5] untuk menampung lima data. Dengan begitu, pseudocode sudah menggambarkan struktur data berupa array.

Sebaliknya, pemahaman struktur data membantu kita menulis pseudocode lebih tepat. Ketika algoritma membutuhkan penyisipan elemen atau pencarian, kita harus memilih struktur data yang sesuai (misalnya linked list, stack, atau tree). Dalam pseudocode, kita bisa menyebut jenis struktur data tersebut tanpa spesifikasi bahasa. Sebagai ilustrasi:

DECLARE queue antrianPembelian
INPUT pelanggan
ENQUEUE pelanggan ke antrianPembelian

Di sini pseudocode menyiratkan struktur data adalah antrian (queue) yang digunakan untuk menyimpan urutan pelanggan. Programmer yang membaca pseudocode akan mengerti bahwa program menggunakan prinsip FIFO (first-in-first-out).

Banyak algoritma klasik dalam pemrograman kerap kali dijabarkan dalam pseudocode bersama struktur data yang tepat. Misalnya, pseudocode untuk traversal pohon atau pencarian dalam graph. Dalam konteks tersebut, pseudocode membantu mendesain penggunaan struktur data secara konseptual sebelum diimplementasikan. Sebagai contoh, sebuah pseudocode pencarian binary search mungkin menyebut operasi pada ARRAY terurut; di situ terlihat bahwa struktur data yang dipakai adalah array terurut, dan operasi yang dilakukan mengacu pada indeks-elemen.

Menggabungkan pseudocode dengan pemilihan struktur data mendorong efisiensi. Dengan memahami bahwa struktur data adalah fondasi penyimpanan, programmer dapat memastikan pseudocode menyertakan langkah-langkah seperti inisialisasi, manipulasi, dan pembersihan struktur data. Misalnya, sebelum mengolah data dalam queue, pseudocode bisa menuliskan INIT queue untuk menyiapkan struktur data kosong. Setelah pseudocode selesai, implementasi kode tinggal menggunakan struktur data sesuai instruksi tersebut.

Singkatnya, pseudocode membantu merancang bagaimana data diolah, sedangkan struktur data menentukan bagaimana data disimpan. Keduanya saling melengkapi: pseudocode memperjelas algoritma dan alur data, sementara struktur data menyokong efisiensi dan kejelasan implementasi. Oleh karena itu, struktur data adalah komponen penting yang harus dipertimbangkan sejak pseudocode ditulis, agar hasil akhirnya benar-benar optimal.

Contoh Pseudocode

Untuk mengilustrasikan penggunaan pseudocode, berikut contoh sederhana penulisan pseudocode untuk menghitung luas lingkaran. Contoh ini merangkum semua elemen penting: deklarasi variabel, proses perhitungan, dan output.

Program HitungLuasLingkaran
Deklarasi:
    r : angka

Algoritma:
    INPUT r       // Input jari-jari lingkaran
    luas = 0
    luas = 3.14 * r * r  // Rumus luas lingkaran
    OUTPUT luas    // Tampilkan hasil

Penjelasan contoh:

  • Judul Program: “Program HitungLuasLingkaran” memberi nama program.

  • Deklarasi: r : angka menyatakan variabel r bertipe angka untuk menyimpan jari-jari.

  • Proses Utama:

    • INPUT r berarti program meminta nilai jari-jari dari pengguna.
    • luas = 3.14 * r * r mengisikan variabel luas dengan hasil perhitungan rumus.
    • OUTPUT luas menampilkan hasil perhitungan luas lingkaran ke pengguna.

Perhatikan bahwa pseudocode di atas tidak ada sintaks khusus seperti tanda kurung atau titik koma. Semua instruksi tertulis sederhana dan terurut. Seorang pembaca non-teknis pun dapat memahami bahwa kita memasukkan r, menghitung luas, lalu mencetak hasilnya. Setelah ini, programmer dapat menerjemahkannya ke kode sesungguhnya, misalnya menjadi:

r = float(input("Masukkan jari-jari: ")) luas = 3.14 * r * r print("Luas lingkaran:", luas)

Contoh lain, misalnya menghitung nilai rata-rata lima angka:

Program HitungRataRata
Deklarasi:
    angka[5] : array
    i, sum, avg : angka

Algoritma:
    i = 1
    sum = 0
    WHILE i <= 5 DO
        INPUT angka[i]
        sum = sum + angka[i]
        i = i + 1
    END WHILE
    avg = sum / 5
    OUTPUT avg

Pada contoh ini, pseudocode menggunakan struktur data array (angka[5]) untuk menyimpan kelima input. Terdapat loop WHILE yang mengulangi input dan penjumlahan sebanyak lima kali. Setelah loop, dilakukan perhitungan avg. Struktur pseudocode dan notasi loop memudahkan pemahaman tentang bagaimana nilai rata-rata dihitung.

Kesimpulan

Pseudocode adalah alat bantu penting dalam dunia pemrograman. Dengan pseudocode, pengembang dapat merencanakan algoritma secara jelas dan ringkas sebelum menulis kode sesungguhnya. Pseudocode menekankan logika dan alur proses, sehingga mempercepat komunikasi antar tim dan mengurangi kesalahan desain.

Demikianlah ulasan mendalam mengenai pseudocode: mulai definisi, ciri-ciri, fungsi, notasi umum, hingga contoh aplikasinya. Semoga penjelasan ini membuat Anda semakin paham bahwa pseudocode adalah langkah awal yang krusial dalam proses pemrograman. Dengan mempraktikkan pseudocode, kualitas perancangan program akan meningkat, membuat implementasi kode lebih mudah dan terstruktur.

Image

Jika Anda tertarik menguasai pemrograman lebih lanjut, CodePolitan menyediakan KelasFullstack – kursus online Fullstack Web Developer dari A sampai Z. Kelas ini cocok bagi Anda yang ingin karir cemerlang, memperoleh skill yang dibutuhkan industri, gaji tinggi, serta bisa membuat website atau aplikasi untuk mengembangkan bisnis online sendiri.

What do you think?

Reactions