PHP Microframework vs. Fullstack Framework

Hadyan Palupi 25 Februari 2017

PHP Microframework vs. Fullstack Framework

Perkembangan teknologi web kini sudah dirasakan semakin pesat dan semakin kompleks. Tak bisa dibayangkan kembali bahwa dahulu para programmer mengetik kodenya dalam banyak halaman menggunakan HTML. Halaman dinamis yang mampu membuat dan menampilkan konten yang berbeda agar dapat memberikan pengalaman baru kepada user merupakan suatu hal yang diidam-idamkan di mata programmer saat itu. Lalu dimulai dengan munculnya environment server-side development. PHP (hypertext preprocessor) dan ASP milik Microsoft hadir untuk membantu membuat halaman website yang dinamis. Setelah itu kehadiran Full-stack framework yang menyediakan banyak macam library dalam satu paket turut mewarnai indahnya dunia website.

Lalu pernahkah kamu bertanya mengapa saat ini hadir teknologi Micro-Framework? Sebuah produk tentu hadir untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi, maka tentu saja Micro-Framework juga hadir membawa sebuah solusi. Solusi apa yang ditawarkan oleh sebuah produk bernama micro-Framework?

Baca juga: 11 PHP Framework yang Mesti Kamu Tahu

Kemunculan Micro-Framework

Hingga saat ini, full-stack framework telah tumbuh menjadi lebih besar yang diperuntukkan menangani semakin besar dan kompleksnya kebutuhan sebuah website yang muncul dalam dunia online. Sisi lain dari pertumbuhan ini menimbulkan kekurangan yang cukup menyulitkan programmer untuk men-develop project sederhana dan Kamu akan menjadi bingung karena terlalu pesat dan kompleks perkembangan yang terjadi.

Dalam menghadapi tantangan yang ada, para programmer men-develop micro-framework, sebuah tool yang digunakan untuk project yang lebih kecil dan penggunaan untuk kasus yang spesifik. Ini sama saja dengan menyederhanakan framework agar lebih mudah dalam implementasi dan menyediakan testing dan deployment yang lebih cepat.

Hari ini kamu memiliki pilihan yang luas dan banyak untuk full-stack dan micro framework dalam lingkungan development PHP. Saat ini kita mencoba untuk melihat lebih dekat tentang keuntungan dan kerugian menggunakan salah satu dari mereka dengan contoh framework yang paling populer digunakan.

Baca juga: 3 Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Oleh Pemula Seputar Framework

PHP Micro-Framework vs. Full-Stack Framework

Full-stack framework membantu programmer dalam seluruh proses development mulai dari interface user hingga penyimpanan data. Segala hal di luar full-stack framework secara teknis disebut "nonfull-stack framework". Dalam grup nonfull-stack jika framework dan library-nya di bawah 5000 baris kode, maka hal itulah yang disebut dengan micro-framework.

Micro-framework mengeluarkan banyak sekali komponen yang ada pada pengaturanan full-stack, termasuk :

  • Web template engine
  • Input validation
  • Database abstraction
  • Roles, accounts, and authentication

Bekerja menggunakan Full-stack framework seperti mengendarai kendaraan besar yang lengkap, banyak fitur dan pilihan. Tetapi bisa saja akan berakibat rumit dan memperlambat pekerjaan. Sementara micro-framework memiliki fitur yang lebih sedikit di sisi lain sekaligus memberikan keuntungan dengan penggunaan yang ringan, cepat dan gesit.

Full-stack framework bekerja dengan banyak fungsi sehingga bisa melakukan banyak hal dengan baik. Sedang micro-framework melakukan lebih sedikit hal dengan baik pula namun, Kamu mungkin membutuhkan beberapa framework lainnya yang terkadang framework-framework tersebut tidak saling kompatibel.

Baca juga: Berbagai Tipe Programmer Berdasarkan Framework

Kapan waktu yang cocok menggunakan Micro-Frameworks atapun Full-Stack Frameworks

Jika kamu memiliki project kecil yang membutuhkan spesifikasi fitur yang cepat, micro-framework mungkin menjadi pilihan terbaikmu. Untuk project sedang dan besar dengan banyak permintaan, full-stack framework akan bekerja dengan lebih baik.

Full-stack framework punya segala hal yang kamu butuhkan. Namun, cara kerja dan bagaimana struktur projectnya bekerja tidak terlalu fleksibel. Micro-framework memiliki lebih banyak fleksibilitas dan memberikan kebebasan keputusan pada user.

Namun, salah satu pemahaman yang salah tentang micro-framework bahwa, mereka hanya bisa untuk project kecil. Sederhananya micro-framework tidak memiliki komponen yang dapat Kamu temukan pada lingkungan full-stack. Micro-framework tidak memiliki helper, library dan struktur seperti pada full-stack framework, tetapi kadang hal ini memudahkan programmer untuk fokus pada tantangan yang spesifik tanpa khawatir library mana yang kamu butuhkan.

Kerugian menggunakan micro-framework adalah saat project mulai tumbuh besar dengan cepat. Dimana micro-framework tidak memiliki fitur yang dibutuhkan untuk mengakomodasi pertumbuhan website. Dengan kata lain kamu kehilangan fleksibelitas.

Contoh-contoh PHP Full-Stack dan Micro-Framework

Hampir 80% dari server internet menggunakan bahasa pemrograman PHP dalam berbagai kapasitas. Framework PHP merupakan tool yang popular dan sangat berguna.

5 top Full-stack Framework

Laravel

laravel

Laravel merupakan salah satu dari framework PHP yang paling populer digunakan hari ini. Framework ini memiliki dukungan komunitas, ekosistem tutorial yang luas dan sumberdaya. Laravel ini gratis, framework yang open source, memiliki paket sistem yang powerful, berbagai pilihan dalam mengakses database dan beberapa kemampuan berguna untuk men-deploy dan memelihara aplikasi. Taylor Orwell membangun framework ini pada 2011 untuk mengantisipasi kelemahan yang ia lihat ada pada framework aplikasi web CodeIgniter. Bagi kamu yang ingin belajar framework ini CodePolitan punya tujuh tips belajar Laravel dengan lebih efektif

CakePHP

cakephp

Sebuah open-source framework, CakePHP hadir menyerupai Ruby on Rails, sebuah aplikasi web framework yang terkenal. Dibangun kembali pada april 2005, memimpin di antara para framework dengan waktu yang lama. CakePHP bekerja keras untuk tetap update dan perusahaan yang menggunakan framework ini termasuk merek fashion Express, Hyundai dan BMW.

Zend Framework

Zend

Zend Framework telah hadir hampir dalam waktu sepuluh tahun. Sebuah project open source, menjadi favorit perusahaan multi-nasional seperti Cisco dan BBC. Orang yang berada dibalik kisah Zend Framework ini adalah mereka para developer PHP. Sekalipun framework ini powerful, Zend Framework sulit untuk dipelajari dan memiliki konfigurasi option array yang membingungkan. Dari waktu ke waktu project ini tumbuh menjadi lebih rumit dengan banyaknya lapisan kelas di mana para developer lainnya kesulitan dalam memahaminya.

Phalcon

Phalcon

Jika kamu merasa butuh kecepatan, Phalcon hadir untuk kamu. Framework Phalcon ini berbeda dengan framework lainnya, karena memiliki extension yang ditulis dalam bahasa C. Pendekatan inilah yang mengakibatkan meningkatnya kecepatan dalam eksekusi dan menurunkan penggunaan sumber daya.

Phalcon 2.0 dirilis pada April 2015, menggunakan bahasa pemrograman Zephir yang kemungkinan merupakan framework yang tercepat masuk dalam list framework terpopuler yang mulai dirilis di tahun 2012. Phalcon awalnya merupakan produk buatan Andres Gutierrez dan berbagai rekannya yang mencari cara pendekatan berbeda yang tradisional dalam mendekati aplikasi web framework PHP. Phalcon itu :

  • Mudah dipelajari, merupakan pilihan yang baik bagi developer yang berpengalaman maupun pemula.
  • Kaya fitur untuk mendevelop berbagai aplikasi web secara luas
  • Populer di kalangan developer
  • Peningkatan popularitas yang pesat sejak pertama debutnya di 2012.

Symfony

Symfony

Symfony merupakan pilihan yang dapat diandalkan untuk project dalam skala besar. Menggunakan Ruby on Rails, Spring dan Django sebagai inspirasi, Symfony menggunakan komponen sistem yang dapat digunakan kembali. Dibangun oleh Sensiolabs dengan tokoh kreatornya Fabien Potencier, Symfony pertama kali hadir pada 2005. Sebuah open-source framework PHP, yang memanfaatkan bagian besar dari project PHP lainnya termasuk :

  • Swift Mailer, library untuk email
  • PHPUnit, framework untuk mencoba unit. komponen yang digunakan Symfony sukses secara online di beberapa project, termasuk sistem manajemen konten Drupal dan mesin template Twig.

Baca juga: 8 Web Framework yang Punya Debug Toolbar Keren

5 Top Microframework

Lumen

Lumen

Tim dibalik Laravel telah membangun Lumen. Jika kamu familiar dengan Laravel, maka kamu akan mudah sekali dalam berpindah menggunakan micro-framework ini. Didesain oleh Taylor Otwell pada tahun 2014, framework ini memungkinkan kamu menggunakan banyak sekali komponen Laravel seperti middleware, validation, caching dan layanan container milik Laravel.

Slim

Slim

Slim merupakan salah satu microframework yang paling populer dengan 960.000 lebih install dan masuk dalam posisi 15 SitePoint dalam survei top PHP frameworks of 2015. Memiliki fitur router yang powerful, request sederhana dan respon pada abstraksi, memiliki banyak metode yang menolong dalam mempermudah caching dan dukungan sesi.** Josh Lockhart** merupakan developer yang mendesain Slim, beliau juga penulis buku terkenal “Modern PHP” dan “PHP the Right Way".

Silex

Silex

Diperkenalkan pada september 2010, Fabien Potencier dan Igor Wiedler menciptakan Silex, berbasis pada Symfony dan mesin template Twig. Silex sangat ringan dan memungkinkan kamu menambah fitur sesuai kebutuhan. Awalnya Silex dibangun untuk meng-handle project kecil namun kamu bisa menambahkannya ke dalam "MVC" secara full atau model-view-controller. Framework ini terdapat 2 versi :

Fat : Datang dengan semua fitur, mesin template dan database abstraksi.
Slim : Hanya terdapat mesin routing.

Wave

wave

Wave memisahkan dirinya dari kompetisi API (application-programming interface) dan mengintegrasikan fungsi penanganannya ke dalam framework. Dibangun pada 2012 oleh Kristo Vaher seorang developer dari Estonia. Wave dibangun dengan sangat ramping yang menyajikan hanya fitur biasa yang paling dibutuhkan. Dan juga dibantu sebar luaskan dengan dokumentasi yang membantu para developer pemula yang baru mempelajari Wave. Wave hadir secara lengkap dengan gateway untuk URL bersih dan view controller.

Phalcon

Phalcon

Framework Phalcon ternyata memiliki versi micro framework, merupakan salah satu micro framework PHP yang berkembang paling cepat dengan alasan yang sama dengan kakaknya, kakak beradik ini membuat banyak hal menarik dalam komunitas PHP. Asalnya Phalcon keluar pada tahun 2005 dari developer asal columbia Andres Gutierrez, seorang pemenang pada TR35 2012. Micro-stack Phalcon merupakan micro-framework yang tercepat yang saat ini ada, dikarenakan implementasi extension pada bahasa pemrograman C. Bagaimanapun Phalcon tidak memiliki dukungan komunitas yang kuat dan kekurangan dokumentasi pihak ketiga.

Baca juga: Phalcon - Framework PHP dengan Performa Paling Cepat

Memilih Full-Stack atau Micro-Stack?

Seperti yang dapat kamu lihat, terdapat banyak sekali pilihan pada framework PHP. Kapankah waktu yang tepat menggunakan salah satu dari framework tersebut? Micro-framework lebih baik saat digunakan untuk project kecil yang membutuhkan kesederhanaan, overhead yang rendah dan deployment yang cepat.

Di samping itu, website dengan project besar dengan banyak permintaan library yang kuat dan komponen yang powerful dari sebuah full-stack framework. Jika kamu membuat aplikasi besar seperti sosial media atau website e-commerce yang besar dengan skala global, kamu harus menggunakan kekuatan dan dalamnya sebuah full-stack framework.

Developer yang sudah berpengalaman bisa saja menggunakan micro-framework pada awal project dan menambahkan tambahan micro-framework jika diperlukan. Hal ini merupakan pilihan yang menarik, tetapi untuk pemula dan developer menengah harus menghindari jalan ini.

Jawaban yang paling menentukan adalah "tergantung". Sebagai tambahan keputusan adalah persyaratan dari sebuah project, batasan budget keuangan, waktu, arsitektur server dan kebiasaan programmer dengan framework yang biasa digunakan. Pilihan terbaik adalah mencoba berbagai macam paket dan memutuskan berdasarkan pengalaman pilihan mana yang benar dan tepat untuk project-mu.

Sumber : PHP Microframework vs. Full Stack Framework